Jumat, 20 Juli 2007

MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR

MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR
DALAM PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harus diakui bahwa sampai saat ini masih banyak lembaga pendidikan mulai dari tingkat terbawah hingga yang tertinggi masih menerapkan cara-cara ortodoks dalam praktek pembelajarannya. Model pembelajaran tersebut biasanya dicirikan dengan praktek pengajaran dimana para pelajar dikondisikan hanya menelan informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar. Dengan pola pembelajaran seperti ini, sangat sulit menghasilkan individu-individu yang mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, melainkan hanya akan menghasilkan individu-individu otomatis yang melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa.
Di tengah derasnya laju perubahan peradaban, sangatlah tidak bijaksana apabila kondisi ini terus dipertahankan. Dunia pendidikan di Indonesia harus berbenah, memperbaiki praktek pendidikan yang tidak bijaksana ini. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia tidak terus menerus menjadi pengikut dan hanya menjadi pelaksana dari kebijakan-kebijakan dari bangsa lain. Salah satu usaha itu adalah dengan menyelenggarakan pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan inisiatif dan berpikir anak.
Pada akhirnya, dengan kemampuan inisiatif dan berpikir kreatif ini dapat mengarahkan para siswa untuk menjadi orang-orang yang mampu mengambil keputusan, berpikir dan menghasilkan produk-produk baru. Selain itu, kemampuan berpikir kritis dapat membantu manusia membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
B. Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan berpikir?
2. Bagaimanakah cara melatih keterampilan berpikir?
3. Apa peranan keterampilan berpikir dalam metode belajar?


BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakekat Berpikir
Dalam sebuah situs bebas, Bob Kizlik menyatakan bahwa berpikir adalah proses menciptakan rangkaian transaksi konektif terstruktur antara unsure-unsur dari informasi yang dipahami. Sebagai sebuah proses yang cukup kompleks, kegiatan berpikir memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut;
1. Pembentukan konsep
Menyusun informasi tentang suatu entitas atau kumpulan informasi yang bermakna. Sebuah konsep dapat dijelaskan sebagai hubungan yang dipahami antara dua atau lebih fakta.
2. Pembentukan prinsip
Mengenali adanya hubungan antara atau antar konsep-konsep.
3. Pemahaman
Menghasilkan pengertian-pengertian dan pemahaman-pemahaman dengan menghubung-hubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4. Pemecahan masalah
Menganalisis suatu keadaan yang membingungkan atau keadaan sulit untuk tujuan menghasilkan pemecahannya.
5. Mengambil keputusan
Proses memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia.
6. Penelitian
Melakukan penyelidikan untuk tujuan menetapkan dan mengesahkan satu atau lebih hipotesis.


7. Menyusun kesimpulan
Mengembangkan sesuatu berupa tulisan, musical, mekanikal atau artistic dari informasi atau pengetahuan yang dimiliki.
8. Penyampaian pesan
Menyampaikan informasi atau pengetahuan yang diterima/dimiliki kepada orang lain.
Berpikir adalah pekerjaan sadar dari otak. Pikiran selalu sibuk dalam banyak kegiatan seperti rekoleksi (recollectioning), mengerti (termasuk mencocokkan pola dan perhatian terfokus), membayangkan (termasuk meditasi), dan navigasi. Penjabaran dari proses berpikir itu adalah;
1. Rekoleksi terjadi saat otak membaca ulang memory dari tempat penyimpanannya. Pembacaan ulang atau mengingat mungkin dapat terjadi secara tidak disengaja.
2. Pemolaan adalah suatu bagian dari otak-kanan, berpikir holistic. Seperti halnya yang diluar analisis, sisi verbal dari pemrosesan informasi kita (otak kiri) dan sisi artistic (otak kanan). Kegiatan pemolaan yang simultan membantu kita untuk menjalin hubungan.
3. Menelusuri jalur. Setiap tindakan yang diprakarsai oleh kita adalah tergantung pada suatu keputusan yang apabila dibantu dengan pola-pola yang cocok maka pikiran akan secara otomatis menggunakan kecocokan ini.
4. Mengerti adalah proses memperbesar rangkaian pola-pola atau menggabung-gabungkan banyak informasi ke dalam pola-pola yang sudah ada (de Bono).
5. Mencocokkan pola Pengolahan informasi membuat penggunaan besar dari pola-pola untuk menyederhanakan keputusan. Pola-pola diciptakan saat suatu tanggapan pada suatu situasi tertentu yang diingat.
6. Memusat (focus) berarti memilih satu perhatian saat mengeluarkan sisa memory dan pengalaman external
7. Meditasi adalah proses “pikiran” tanpa berpikir sadar.
Rene Descartes, seorang filsuf Perancis menungkapkan “Cogito ergo sum” yang rtinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa manusia mulai berpikir. Coger,1989 menjelaskan-dalam bukunya, Rational Infant-bahwa bayi dalam 'tahap infansi' sudah dapat berpikir logis. Diperkuat oleh data (Monnier,1981) yang menunjukkan bahwa bayi berusia sekitar satu tahun dapat menggunakan kalkulus logis secara formal seperti anak usia remaja akhir. Artinya, kemampuan berpikir sudah ada pada manusia sejak tahun pertama kehidupan.
Berpikir adalah 1) proses pengungkapan sesuatu dengan mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita sehingga diketahui, 2) merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup, 3) berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan antara manusia dan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak, karena hanya memiliki instink, yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Menurut Ngalim Purwanto “dalam berpikir orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun dan merupakan kebutan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami”.
Menurut J.C. Coleman dan C.L. Hammen (1974), berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru - dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni. Sedangkan D.W. Mckinnon (1962) menyatakan, selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang baru bisa dikatakan berpikir secara kreatif apabila memenuhi dua persyaratan.
Pertama, sesuatu yang dihasilkannya harus dapat memecahkan persoalan secara realistis. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan di ibukota, bisa saja seorang walikota mempunyai gagasan untuk membuat jalan raya di bawah tanah. Memang, gagasan itu baru, tetapi untuk ukuran Indonesia solusi itu tidak realistis. Dalam kasus itu, sang walikota belum dapat dikatakan berpikir secara kreatif.
Kedua, hasil pemikirannya harus merupakan upaya mempertahankan suatu pengertian atau pengetahuan yang murni. Dengan kata lain, pemikirannya harus murni berasal dari pengetahuan atau pengertiannya sendiri, bukan jiplakan atau tiruan. Misalnya, seorang perancang busana mampu menciptakan rancangannya yang unik dan mempesona. Perancang itu dapat disebut kreatif kalau rancangan itu memang murni idenya, bukan mencuri karya atau gagasan orang lain.
Menurut ahli lain, Dr. Jalaludin Rakhmat (1980) untuk bisa berpikir secara kreatif, si pemikir sebaiknya berpikir analogis. Jadi, proses berpikirnya dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal lain yang sudah dipahami. Kalau menurut pemahaman si pemikir, kesuksesan adalah keberhasilan mencapai suatu tujuan, maka saat ia berpikir tentang kesuksesan, ciri-ciri berupa "berhasil mencapai tujuan" menjadi unsur yang dipertimbangkan. Misalnya, seseorang dikatakan sukses bila ia dengan bekerja keras telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Tanpa tujuan yang jelas sulit bagi seseorang untuk bisa sukses. Namun, karena setiap orang mempunyai tujuan berbeda, maka standar kesuksesan setiap orang pun berbeda.
Agar mampu berpikir secara kreatif, pikiran harus dioptimalkan pada setiap tahap yang dilalui. Lima tahap pemikiran ialah orientasi, preparasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
1) Pada tahap orientasi masalah, si pemikir merumuskan masalah dan mengindentifikasi aspek-aspek masalah tersebut. Dalam prosesnya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang tengah dipikirkan.
2) Pada tahap selanjutnya, preparasi, pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses secara analogis untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi. Si pemikir harus benar-benar mengoptimalkan pikirannya untuk mencari pemecahan masalah melalui hubungan antara inti permasalahan, aspek masalah, serta informasi yang dimiliki.
3) Pada tahap inkubasi, ketika proses pemecahan masalah menemui jalan buntu, biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan terus bekerja secara otomatis mencari pemecahan masalah. Proses inkubasi yang tengah berlangsung itu akan sangat tergantung pada informasi yang diserap oleh pikiran. Semakin banyak informasi, akan semakin banyak bahan yang dapat dimanfaatkan dalam proses inkubasi.
4) Pada proses keempat, yakni iluminasi, proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan masalah. Pada tahap ini sebaiknya diupayakan untuk memperjelas pengertian yang muncul. Di sini daya imajinasi si pemikir akan memudahkan upaya itu.
5) Pada tahap terakhir, yakni verifikasi, si pemikir harus menguji dan menilai secara kritis solusi yang diajukan pada tahap iluminasi. Bila ternyata cara yang diajukan tidak dapat memecahkan masalah, si pemikir sebaiknya kembali menjalani kelima tahap itu, untuk mencari ilham baru yang lebih tepat.
Gagasan luar biasa dari Coleman & Hammen mengungkapkan, ada tiga faktor yang secara umum dapat ikut menunjang cara berpikir kreatif yakni,
1. kemampuan kognitif. Seseorang harus mempunyai kecerdasan tinggi. Ia harus secara terus-menerus mengembangkan intelektualitasnya,
2. sikap terbuka. Cara berpikir kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada stimulus internal dan eksternal. Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan memperluas minat dan wawasan,
3. sikap bebas, otonom, dan percaya diri. Berpikir secara kreatif membutuhkan kebebasan dalam berpikir dan berekspresi. Juga memerlukan kemandirian berpikir, tidak terikat pada otoritas dan konvensi sosial yang ada. Yang terpenting, ia percaya pada kemampuan dirinya.


B. Keterampilan Berpikir
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl mengatakan bahwa ada dua cabang utama berpikir yaitu berpikir kreatif dan berpikir analitik. Berpikir kreatif dilakukan untuk menghasilkan gagasan dan produk baru dengan melihat suatu pola atau hubungan baru antara satu hal dan hal lainnya yang semula tidak tampak. Sementara berpikir analitik menundukkan suatu simulasi, masalah, subjek, atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis.
Sementara itu mengatakan bahwa keterampilan berpikir termasuk dalam domain kognitif. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu: 1) keterampilan berpikir lancar (fluency); (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility); (3) keterampilan berpikir orisinal (originality); (4) keterampilan memperinci (elaboration); dan (5) keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88)
Dalam tulisan lain Richard Paul menyatakan bahwa solusi alternatif biasanya bukan bawaan, melainkan harus dibangkitkan atau diajarkan. Pemikir kritis harus sebaik pemikir kreatif” sedangkan Patrick Hillis dan Gerald Puccio menjabarkan paduan generasi divergen dan evaluasi konvergen dalam suatu strategi problem-solving dan digunakan secara bergantian.
Klasifikasi dari keterampilan berpikir menurut Sternberg, 1989:
1. Keterampilan berpikir kritis yang terdiri atas (a) menganalisa; (b) tinjauan/kupasan; (c) menilai; (d) mempertimbangkan; (e) membandingkan dan membedakan; (f) menafsirkan
2. Keterampilan berpikir praktis terdiri atas: (a) penerapan; (b) penggunaan dan memanfaatkan; (c) latihan, praktik
3. Keterampilan berpikir kreatif yang terdiri atas (a) membuat; (b) menemukan; (c) merekayasa; (membayangkan; € mengira; (f) menduga
Dari beberapa pendapat tersebut amat nyata bahwa dengan melatih keterampilan berpikir kreatif dan analitis dapat dijadikan modal bagi para pelajar untuk berpikir lebih produktif, karena dengan berpikir kreatif mereka bisa menghasilkan ide-ide dan dengan berpikir kritis mereka bisa mengevaluasi ide-ide.
Inti dari keterampilan berpikir antara lain;
1. Keterampilan memusatkan pikiran
Melakukan pemilihan bagian informasi tertentu dan mengabaikan yang lainnya.
a. Mendefinisikan masalah: hak menjelaskan, ketidak cocokan atau situasi membingungkan
b. Menetapkan tujuan akhir: menetapkan arah dan tujuan
2. Keterampilan mendapatkan informasi
Menyampaikan ketidaksadaran pada kebutuhan data relative bagi proses kognitif
a. Mengamati: mendapatkan informasi melalui satu atau lebih alat indera
b. Merumuskan pertanyaan: memandang informasi baru melalui penyelidikan
3. Keterampilan mengingat
Menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi
a. Menyandikan: menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang
b. Memangil ulang: mengeluarkan kembali informasi dari ingatan jangka panjang
4. Keterampilan mengorganisasikan
Merangkai informasi sehingga dapat digunakan dengan lebih efektif
a. Membandingkan: mencatat persamaan dan perbedaan antara atau antar entitas
b. Mengklasifikasikan: mengelompokkan dan memberi nama entitas berdasarkan atribut-atributnya
c. Mengurutkan: Urut-urutan entitas menurut criteria tertentu
d. Menampilkan kembali: mengubah bentuk namun bukan pada substansi informasinya
5. Keterampilan menganalisa
Menjelaskan informasi yang ada dengan memeriksa bagian-bagian dan hubungannya.
a. mengidentifikasi perlengkapan-perlengkapan dan komponen-komponen: menjelaskan karakteristik-karakteristik atau bagian-bagian sesuatu
b. mengidentifikasi hubungan-hubungan dan pola-pola: mengenali bagian-bagian cara yang berhubung-hubungan
c. mengidentifikasi gagasan utama: mengidentifikasi elemen pusat; sebagai contoh hirarki dari gagasan kunci dalam suatu pesan atau cara alas an
d. mengidentifikasi kesalahan: mengenali kekeliruan logis dan kesalahan lain serta apakah mungkin untuk memperbaikinya.
6. Keterampilan menyimpulkan
Menghasilkan informasi, pengertian atau gagasan-gagasan baru.
a. mengambil kesimpulan: melampaui informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi apakah benar yang beralasan
b. menduga: mengantisipasi kejadian selanjutnya, atau situasi dapatan
c. mengelaborasi: menjelaskan dengan menambahkan detil, contoh-contoh atau informasi relevan lainnya
7. Keterampilan memadukan
Menghubungkan dan memadukan informasi
a. meringkas: memadukan informasi secara efisien kedalam suatu pernyataan kohesif
b. merestrukturisasi: mengubah struktur pengetahuan yang ada untuk menggabungkan informasi baru
8. Keterampilan menilai
Menilai gagasan-gagasan yang masuk akal dan berkualitas
a. menetapkan kriteria: menetapkan standar untuk membuat keputusan
b. memverifikasi: mengkonfirmasi keakuratan klaim
Dari penjabaran dan pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir adalah proses kognitif yang memudahkan kita untuk membuat pengertian dari dan menciptakan informasi.

C. Keterampilan Berpikir dalam Pendidikan
Mengingat bahwa keterampilan berpikir khususnya yang relevan dengan berpikir kreatif dan berpikir kritis telah berkembang dengan cepat menjadi sesuatu yang sangat berguna, maka sangatlah tepat apabila dunia pendidikan dapat merumuskan langkah yang tepat dalam pelaksanaannya, khususnya di sekolah. Banyak alternative yang bias dilakukan, namun sebagai contoh bisa diambil langkah-langkah kunci sebagai berikut:
1. Keterampilan mengolah informasi
Siswa dapat mencari, mengumpulkan dan menyebutkan kembali informasi yang relevan; menginterpretasikan informasi; menganalisis informasi dan mengenali hubungan
2. Keterampilan memberi alasan
Siswa dapat memberi alas an atas opininya; menggambarkan inferensi dan membuat deduksi; menggunakan bahasa yang tepat untuk menjelaskan apa yang dipikirkan; membuat keputusan berdasarkan bukti.
3. Keterampilan meneliti
Siswa dapat mengajukan pertanyaan relevan; meangajukan dan menjelaskan rencana masalah yang akan dikerjakan dan bagaimana menelitinya; memprediksi hasil, menguji kesimpulan dan menyempurnakan pendapat
4. Keterampilan berpikir kreatif
Siswa dapat menyimpulkan dan memperluas gagasan; mengajukan hipotesis yang mungkin;menggunakan imajinasi; mencari hasil alternative yang inovatif.
5. Keterampilan mengevaluasi
Siswa dapat mengevaluasi informasi; menutuskan nilai-nilai dari apa yang mereka baca, dengar dan lakukan; mengembangkan criteria untuk menilai sesuatu; punya kepercayaan diri dalam menilai.
Keterampilan berpikir (thinking skills) diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasikan model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Model itu kadang-kadang mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi perceptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya, dan mampumengantisipasi hasilhasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah (trial and error). Keterampilan berpikir telah menjadi ungkapan yang bersifat umum, mencakup proses belajar dan memecahkan masalah. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah (Problem Solving)
Problem solving merupakan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah yang pelik. Metode yang digunakan adalah metode ilmiah berarti berpikir yang sistematik, logis, teratur dan teliti. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah:
1. Memahami masalah atau problema
2. Mengumpulkan keterangan atau data
3. Merumuskan hypotesa atau jawaban yang mungkin memberi penyesalan
4. Menilai suatu hypotesa
5. Men-test atau mengadakan eksperimen
6. Membentuk kesimpulan


BAB III
KESIMPULAN


1. Keterampilan berpikir belum dikembangkan di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah, padahal keterampilan ini besar manfaatnya dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah, di kantor, dan masyarakat.
2. Rendahnya mutu pendidikan baik ditingkat dasar, menengah maupun tinggi salah satunya belum dikembangkan keterampilan bepikir. Untuk itu upaya untuk pengembangan SDM hendaknya dimulai di sekolah dengan cara mengembangkan keterampilan bepikir. Siswa sejak dini diajari problem solving dengan cara berpikir ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah.
3. Guru dan dosen sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan hendaknya mempunyai keterampilan berpikir ini, agar dapat mengajarkan kepada pelajar/mahapelajar mempunyai keterampilan


http://www.tc.umn.edu/~ahler002/tft~1.htm http://www.tahoma.wednet.edu/SubSite/teachlearn/Basic_Skills/thinkingskills.htm
http://www.dialogueworks.co.uk/dw
Rose, Colin, and Nicholl, Malcolm J., Accelerated Learning for the 21st Century, Bandung: Nuansa, 2003, p. 254
http://www.tahoma.wednet.edu/SubSite/teachlearn/Basic_Skills/thinkingskills.htm
http://www.dialogueworks.co.uk/dw
http://www.asa3.org/ASA/education/think/methods.htm
http://www.adiprima.com/thinkskl.htm
http://www.adiprima.com/thinkskl.htm

Tidak ada komentar: