Minggu, 19 Agustus 2007

OUR LIVES

Our lives are determined
not by what happens to us’but rather
what we do about what happens.
We are the ones
who decide how to feel
and act based upon the way
we choose to perceive
our lives.
Nothing has any meaning
Accept the meaning
we give it

Sabtu, 21 Juli 2007

CHEATING

BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang
Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah. Menurut J.C. Coleman dan C.L. Hammen (1974), berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru - dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni. Sedangkan D.W. Mckinnon (1962) menyatakan, selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang baru bisa dikatakan berpikir secara kreatif apabila memenuhi dua persyaratan.
Pertama, sesuatu yang dihasilkannya harus dapat memecahkan persoalan secara realistis. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan di ibukota, bisa saja seorang walikota mempunyai gagasan untuk membuat jalan raya di bawah tanah. Memang, gagasan itu baru, tetapi untuk ukuran Indonesia solusi itu tidak realistis. Dalam kasus itu, sang walikota belum dapat dikatakan berpikir secara kreatif.
Kedua, hasil pemikirannya harus merupakan upaya mempertahankan suatu pengertian atau pengetahuan yang murni. Dengan kata lain, pemikirannya harus murni berasal dari pengetahuan atau pengertiannya sendiri, bukan jiplakan atau tiruan. Misalnya, seorang perancang busana mampu menciptakan rancangannya yang unik dan mempesona. Perancang itu dapat disebut kreatif kalau rancangan itu memang murni idenya, bukan mencuri karya atau gagasan orang lain seperti halnya menyontek.
Berdasarkan pengalaman dan dari pengamatan penulis ketika sedang mengawas ujian pada beberapa sekolah di Bontang , bahwa praktik menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari, tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan kita di Indonesia. Kurangnya pembahasan mengenai cheating mungkin disebabkan karena kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya sepele, padahal masalah cheating sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Demikian mendasarnya, sehingga pelaku cheating dalam ujian penerimaan pegawai pada zaman kerajaan Cina kuno dapat diganjar dengan hukuman mati. Di Amerika Serikat studi tentang cheating di penghujung abad 20 telah banyak dilakukan seperti oleh Bower (1964), Dientsbier (1971), Monte (1980), Antion (1983), Haines (1986), dan Dayton (1987). Dari sini tampak bahwa masalah cheating sesungguhnya adalah isu lama yang tetap aktual dibicarakan dalam sistem persekolahan di seluruh dunia. Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar, penipu-penipu ulung dan penjahat krah putih (white crimers) yang marak disorot saat ini adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di bangku sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa menyontek di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat nanti. Meskipun asumsi seperti di atas bersifat sangat spekulatif dan masih jauh dari nalar ilmiah, namun paling tidak pernyataan itu dapat menggelitik kepedulian mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan terhadap masalah cheating di sekolah. Sekedar ilustrasi, bahwa pada tahun 80-an di Amerika Serikat masalah cheating pernah menjadi isu yang hangat dibahas oleh kalangan politisi di negara bagian California karena ternyata dampak cheating telah merambah kepentingan publik secara serius. Mengapa para pendidik dan para peneliti begitu tertarik mempersoalkan masalah cheating? Dalam menjawab pertanyaan ini paling tidak terdapat dua alasan yang mendasar yaitu: (a) Cheating jelas sangat bertentangan dengan nilai-nilai dasar (fundamental) pendidikan; (b) Cheating dalam segala bentuknya membawa resiko negatif terhadap siswa, sekolah, dan masyarakat.Tulisan ini bertujuan:(a)memberi informasi tentang pengertian cheating, (b) mengungkapkan alasan-alasan seseorang melakukan cheating, (c) memahami cheating dari tinjauan moral dan tinjauan psikologis, (d) memberikan rekomendasi tentang cara-cara penanggulangan cheating di sekolah. Pada akhir tulisan disarankan kiranya ada penelitian lebih lanjut untuk mengungkapkan dampak cheating terhadap kehidupan masyarakat, sehingga cheating tidak saja menjadi isu yang mengusik perhatian kalangan pendidik tetapi akan dapat pula melibatkan komponen masyarakat yang lain secara lebih luas seperti yang terjadi di Amerika Serikat, sehingga pada gilirannya dapat lebih memperbaiki strategi pendidikan kita ke depan. Penggunaan kata cheating dipilih dalam tulisan ini dan bukannya kata ?menyontek", karena kata ini lebih dapat mengakomodir seluruh bentuk kecurangan dalam aktivitas ujian.

BAB II
Pembahasan
2. Kajian Literatur2.1 Cheating dan Faktor Penyebabnya2.1.1 Pengertian Cheating
Bower (1964) mendefinisikan cheating sebagai ?manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),? maksudnya cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Deighton (1971) menyatakan ?Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods.? Maksudnya, cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur). Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori cheating antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas atau tugas penulisan paper dan take home test. Dalam perkembangan mutakhir cheating dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional. Dalam tingkatan yang lebih intelek, sering kita dengar plagiat karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tes, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri. Ternyata praktik cheating banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang canggih. Dari sesuatu yang sangat prohibited sampai pada bentuk yang cenderung premissible. Teknik cheating tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin canggih pula bentuk cheating yang bakal menyertainya. Bervariasi dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai cheating maka sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar pernah melakukan cheating meskipun mungkin wujudnya sangat sederhana dan sudah dalam kategori permisseble atau dapat ditolerir. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai kepada yang mungkin dapat ditolerir, cheating tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar. Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan cheating dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik-trik yang tidak jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik terutama yang terkait dengan evaluasi/ujian hasil belajar.
2.1.2. Kapan Cheating Mulai Terjadi?Pertanyaan di atas sama dengan pertanyaan yang mengatakan kapanmanusia mulai berbohong, atau kapan manusia mulai mengenal perbuatan curang? Hal ini dapat dipahami karena sesungguhnya cheating adalah salah satu bentuk dari ketidakjujuran dan perbuatan curang dari manusia itu sendiri. Apabila pertanyaan tersebut dikembangkan menjadi sejak kapan cheating dalam dunia pendidikan mulai dilakukan orang? Jawabannya dapat dipastikan bahwa praktik cheating adalah setua dengan usia pelaksanaan penilaian pendidikan. Jika penilaian hasil pendidikan telah dilakukan sejak manusia melaksanakan usaha mendidik, maka sejak itu pulalah perbuatan cheating telah ada. Dalam sejarah Cina kuno tepatnya pada zaman pemerintahan Kaisar Wen Ti sekitar Tahun 77 M telah diberlakukan aturan ujian yang sangat ketat bagi peserta ujian yang bermaksud untuk menjadi pegawai kerajaan. Terdapat aturan yang menyatakan bahwa orang yang kedapatan melakukan cheating dalam ujian tersebut diancam hukuman mati. Informasi ini selain mengindikasikan bahwa cheating telah ada sejak lama juga cheating bukanlah masalah yang sepele seperti yang didugakan kebanyakan orang selama ini.2.1.3 Alasan melakukan cheating
Studi Antion dan Michel (1983) terhadap 148 orang mahasiswa di Los Angeles menemukan bahwa kombinasi dari faktor kognitif, afektif, personal, dan demografi lebih signifikan sebagai prediktor perbuatan cheating dari pada jika faktor tersebut berdiri sendiri. Dengan kata lain perbuatan cheating lebih dipengaruhi oleh kombinasi variabel-variabel dari pada variabel tunggal (single variable). Smith (1971) menemukan bahwa keputusan moral (moral decision) dan motivasi untuk berprestasi/ketakutan untuk gagal menjadi alasan yang signifikan seseorang untuk melakukan cheating. Dengan pengelompokan (1) Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan cheating meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya. (2) Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku (buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari buku teks. (3) Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai. (4) Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat. (5) Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal. (6) Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan belajar keras atau serius, (7) Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.(8) Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan. (9) Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat. (10) Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal. (11) Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius. (12) Penugasan guru/dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara. (13) Yakin bahwa guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabui guru yang bersangkutan. Selain keterangan mengenai alasan dilakukannya cheating, pada umumnya responden menganggap bahwa cheating itu adalah perbuatan yang tercela, melanggar moral dan etika. Meskipun demikian, dari hasil wawancara didapatkan pula pengakuan bahwa rata-rata mereka telah pernah melakukan cheating atau setidak-tidaknya bersikap permisif terhadap cheating. Lewis R. Aiken (1986) melaporkan bahwa kecenderungan melakukan cheating di Amerika Serikat meningkat sehingga tidak saja memprihatinkan dunia pendidikan tetapi juga telah menjadi bagian keprihatinan kalangan politisi. Dikatakan bahwa kasus cheating tidak hanya melibatkan siswa sebagai individu pelaku tetapi cheating disinyalir telah dilakukan oleh institusi pendidikan dengan melibatkan pejabat-pejabat pendidikan seperti guru, superintendant, school districtst dll. Pada penelitian Aiken yang ditujukan kepada kasus CAP dan CTBS (California Achievement Program dan California Test for Basic Skills), suatu ujian yang diselenggarakan oleh lembaga independen ditemukan bahwa alasan siswa melakukan cheating karena adanya tekanan yang dirasakan oleh siswa dari orang tuanya, kelompoknya, guru, dan diri mereka sendiri untuk mendapatkan nilai tinggi. Selanjutnya, alasan bagi pejabat pendidikan untuk membantu siswa dalam mengerjakan tes atau mengubah jawaban yang salah dengan jawaban yang benar sebelum lembaran jawaban diserahkan kepada lembaga penyelenggara, adalah karena hal itu menyangkut reputasi sekolah, menyangkut anggaran pendidikan yang akan dibayar oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena hasil tes tidak saja mengevaluasi kemampuan individual siswa tetapi juga mengevaluasi reputasi dan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pejabat pendidikan lainnya yang memiliki akuntabilitas langsung kepada masyarakat, politisi, dan kalangan bisnis. 2.2 Cheating ditinjau dari Aspek Psikologis dan Aspek Moral2.2.1 Aspek Psikologis
Dalam kajian psikologi tidak ditemukan pembahasan yang secara khusus membicarakan tentang cheating, tetapi dapat disepakati bahwa cheating adalah salah satu wujud dari perilaku, bahkan salah satu bentuk ekspressi dari kepribadian seseorang. Burt, seperti dikutip oleh Sumadi (1995), mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang berpengaruh pada tingkah laku manusia, yaitu faktor G (General), yakni dasar yang dibawa sejak lahir, faktor S (specific) yang dibentuk oleh pendidikan dan faktor C (Common/Group) yang didapatkan dari pengaruh kelompok. Jika dihubungkan dengan perbuatan cheating, maka aktivitas cheating itu adalah merupakan pengaruh dari faktor C. Lebih lanjut dikatakan bahwa Faktor C lebih luas atau lebih kuat daripada faktor S. Dengan demikian, perilaku cheating banyak diakibatkan oleh pengaruh kelompok dimana orang cenderung berani melakukan karena melihat orang lain di kelompoknya juga melakukan. Apabila kecenderungan ini berlangsung secara terus-menerus, maka cheating akan menjadi kebiasaan seseorang, yang akan ditransfer tidak hanya pada kegiatan sekolah lainnya tetapi kepada kegiatan kemasyarakatan pada umumnya berdasarkan prinsip transfer of learning. Dikaitkan dengan teori Sigmund Freud seperti dikutip oleh Atkinson (1996), didapatkan penjelasan bahwa perilaku cheating adalah tidak lain dari hasil pertarungan antara Das Ich melawan Das Uber Ich, yaitu pertarungan antara dorongan-dorongan yang realistis rasional dan logis melawan prinsip-prinsip moralitas dan pencarian kesempurnaan. Lebih jauh ditegaskan bahwa dalam pertarungan antara Das Es, Das Ich, dan Das Uber Ich akan timbul ketegangan. Ketegangan yang dihadapi akan menuntut perlunya ada cara-cara untuk mengatasi, misalnya dengan cara indentifikasi atau
memindahkan objek (object displacement) atau dengan mekanisme pertahanan diri (self mechanism). Dari sinilah terjadi dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Apabila cara-cara mengatasi melalui object displacement dan self mechanism tidak proporsional maka akan terjadi gangguan psikis. Berdasarkan teori ini, dapat disimpulkan bahwa seorang cheater cenderung menghadapi ketegangan yang tinggi yang pada gilirannya akan mengakibatkan terjadinya gangguan syaraf atau psikis. Dari teori-teori tentang motivasi, diketahui bahwa cheating bisa terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure, atau apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki. Semakin besar harapan atau semakin tinggi prestasi yang diinginkan dan semakin kecil potensi yang dimiliki maka semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk melakukan cheating. Dalam hal seperti itu maka, perilaku cheating tinggal menunggu kesempatan atau peluang saja, karena teori kriminal mengatakan bahwa kejahatan akan terjadi apabila bertemu antara niat dan kesempatan.
2.2.2 Aspek Moral
Sutan Zanti Arbi (1988) mengutip beberapa pendapat tentang sifat dasar manusia sebagai berikut. St. Agustinus merumuskan doktrin bahwa kejatuhan Adam dalam dosa telah menempatkan kejahatan pada sifat dasar manusia dan sejak itu setiap anak yang lahir ke dalam dunia mempunyai dosa asal yang tertanam padanya. Jauh sebelum itu, Kong-Fu-Tse dan Mencius 372- 289 SM, seperti dikutip oleh Arbi (1988), mengatakan bahwa manusia asal mulanya dan secara esensial adalah baik dan menjadi rusak oleh masyarakatnya. Dijelaskan oleh Arbi bahwa Kao yang sezaman dengan Kong-Fu-Tse mengemukakan pendapat bahwa manusia menurut sifat dasarnya tidak baik tetapi juga tidak jahat melainkan tanpa ?kecenderungan.? Seperti air ia dapat dialirkan ke timur dan ke barat, begitu pula sifat manusia dapat dilatih ke arah yang baik ataupun ke arah yang jahat. Pandangan Kao tampak lebih dekat kepada kebenaran dan pandangan ilmiah yang menyatakan bahwa ?Men is not merely good nor solely bad but it is exactly can be made good?.Salah satu yang membedakan manusia dengan hewan ialah karena manusia itu adalah mahluk susila. Sumadi (1995) mengemukakan adanya perasaan kesusilaan yang tidak lain dari perasaan tentang baik dan buruk yang dikaitkan dengan norma-norma tertentu. Seseorang akan merasakan puas apabila telah melakukan hal yang baik, sebaliknya seseorang akan merasakan penyesalan apabila telah melakukan hal tidak baik. George Kelly dan Freud seperti dikutip oleh Hjelle (1998) mengatakan: ?We experience a guilt when ever we behave in ways that depart from our sense of who we are.? Freud mengatakan: ?We experience moral anxiety when ever we act in ways that violate our sense of what is right and wrong.? Atkinson (1996) mengutip teori Kohlberg tentang moral, dimana dijelaskan bahwa Kohlberg memandang anak-anak sebagai ahli filsafat moral yang membentuk standar moral mereka sendiri sebagai hasil interaksi kognitif mereka dengan lingkungan pergaulannya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pertimbangan moral dapat berubah karena adanya contoh yang dilihat. Lebih jauh dijelaskan tentang adanya korelasi yang signifikan antara penalaran moral dengan perilaku moral, namun dengan mengutip suatu hasil penelitian yang terbaru yang mempersoalkan antara lain apakah seorang anak yang telah memiliki penalaran moral akan berlaku curang dalam suatu tes, dan ternyata menemukan korelasi yang rendah.Atkinson selanjutnya menegaskan bahwa kita sering mengetahui bagaimana sebaiknya bertindak tetapi mungkin tidak melakukannya jika kepentingan diri sendiri ikut terlibat. Perilaku moral tergantung pada sejumlah factor
Kemampuan yaitu:(a) berpikir tentang dilema moral,(b) mempertimbangkan akibat jangka panjang dari setiap tindakan, dan(c) merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.Dari uraian aspek moral ini dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki naluri dan kemampuan membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk, yang salah dan yang benar, dan oleh karenanya manusia memiliki potensi yang equal antara berbuat baik dengan berbuat jahat.Melalui kemampuan kognitifnya manusia dapat melakukan penalaran moral, namun terbukti bahwa penalaran moral mempunyai korelasi yang rendah dengan perilaku moral. Terkait dengan masalah cheating, dapat diinterpretasikan bahwa mereka yang melakukan praktek cheating bukanlah karena naluri mereka telah tumpul dalam membedakan bahwa cheating itu salah atau benar, bukan pula karena nalar moral mereka tidak tahu bahwa itu baik atau buruk, tetapi cheater berada pada kondisi yang menuntut dirinya untuk melakukan cheating. Isu moral memang bukan sekedar faktor pengetahuan dan penalaran yang mampu membedakan baik dengan buruk tetapi lebih erat terkait dengan faktor kondisional.Faktor kondisional adalah suatu keadaan yang memungkinkan, mengundang, dan bahkan memfasilitasi seseorang untuk berbuat baik atau berbuat jahat. Dalam hubungannya dengan penyelenggaraan ujian, faktor kondisional antara lain mencakup materi ujian, pengawasan, instrumen evaluasi, cara penilaian, objektivitas, sikap atau cara penilai dsb.
3. Cara Penanggulangan CheatingDari uraian dan kajian literatur tersebut di atas dapat diidentifikasi bahwa ada empat faktor yang menjadi penyebab cheating yaitu: (1) Faktor individual atau pribadi dari cheater, (2) faktor lingkungan atau pengaruh kelompok, (3) faktor sistem evaluasi dan (4) faktor guru atau penilai. Berkenaan dengan asas moral di atas, dapat ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan moral adalah bagaimana menciptakan faktor kondisional yang dapat mengundang dan memfasilitasi seseorang untuk selalu berbuat secara moral dalam ujian (tidak melakukan cheating) maka caranya adalah mengkondisikan keempat faktor di atas ke arah yang mendukung, yaitu sebagai berikut: (1) faktor pribadi dari cheater (a) Bangkitkan rasa percaya diri (b) Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional (c) Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius (d) Tumbuhkan kesadaran hati nurani (Das Uber Ich) yang mampu mengontrol naluri beserta desakan logis rasionalitas jangka pendek yang bermuara kepada perilakunya. (2) Faktor Lingkungan dan KelompokCiptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral (3) Faktor Sistem Evaluasi (a) Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap) (b) Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif (c) Lakukan pengawasan yang ketat (d) Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.(4) Faktor Guru/ penilai
(a) Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
(b) Bersikap rasional dan tidak melakukan cheating dalam memberikan tugas ujian/tes.
(c) Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
(d) Berikan umpan balik atas setiap penugasan.

4. Simpulan dan Saran

4.1. Simpulan
Cheating adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, cheating lebih sarat dengan muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis. Dalam batas-batas tertentu cheating dapat dipahami sebagai sesuatu fenomena yang manusiawi, artinya perbuatan cheating bisa terjadi pada setiap orang sehingga asumsi di depan yang menyatakan bahwa ada korelasi antara perilaku cheating di sekolah dengan perilaku kejahatan seperti korupsi di masyarakat adalah terlalu spekulatif dan sulit dibuktikan secara nalar ilmiah. Meskipun demikian tak dapat disangkal bahwa cheating bisa membawa dampak negatif baik kepada individu, maupun bagi masyarakat. Dampak negatif bagi individu akan terjadi apabila praktek cheating dilakukan secara kontinyu sehingga menjurus menjadi bagian kepribadian seseorang. Selanjutnya, dampak negatif bagi masyarakat akan terjadi apabila masyarakat telah menjadi terlalu permisif terhadap praktek cheating sehingga akan menjadi bagian dari kebudayaan, dimana nilai-nilai moral akan terkaburkan dalam setiap aspek kehidupan dan pranata sosial. Sebagai bagian dari aspek moral, maka terjadinya cheating sangat ditentukan oleh faktor kondisional yaitu suatu situasi yang membuka peluang, mengundang, bahkan memfasilitasi perilaku cheating. Seseorang yang memiliki nalar moral, yang tahu bahwa cheating adalah perbuatan tercela, sangat mungkin akan melakukannya apabila ia dihadapkan kepada kondisi yang memaksa. Mencegah cheating tidaklah cukup dengan sekedar mengintervensi aspek kognitif seseorang, akan tetapi yang paling penting adalah penciptaan kondisi positif pada setiap faktor yang menjadi sumber terjadinya cheating, yaitu pada faktor siswa/mahasiwa, pada lingkungan, pada sistem evaluasi dan pada diri guru/dosen. Oleh karena setiap orang berpotensi untuk melakukan cheating dan terdapatnya gejala kecenderungan semakin maraknya praktek cheating di dunia pendidikan, maka perlu segera dilakukan review atau reformulasi sistem atau cara pengujian, penyelenggaraan tes yang berlangsung selama ini baik yang diselenggarakan secara massal oleh suatu badan atau kepanitiaan maupun yang diselenggarakan secara individual oleh setiap guru atau dosen.
4.2 Saran
Untuk menangkal semakin maraknya praktek cheating di sekolah dan berkembangnya cheating menjadi penyakit masyarakat maka disarankan hal-hal sebagai berikut.(1) Agar orang tua siswa/mahasiswa, masyarakat, dan segenap warga institusi pendidikan menyadari masalah cheating sebagai masalah yang serius. Mereka harus menyikapi issu ini sebagai sesuatu yang mendasar sehingga dapat bekerja sama untuk menciptakan suatu suasana kondusif di sekolah di mana kematangan mental para siswa dapat lebih ditingkatkan dan komitmen akademik dapat dipacu dan pada saat yang sama perbuatan ketidakjujuran di sekolah dapat dikurangi.
(2) Secara khusus kepada siswa harus ditanamkan dalam penalaran dan penghayatannya bahwa cheating dengan pelbagai bentuknya adalah masalah moral. Melakukan cheating adalah pembangkangan terhadap nilai- nilai moral yang memalukan.(3) Agar issu cheating dapat menarik perhatian dan menggugah kepedulian masyarakat luas dan tidak hanya menjadi wacana yang terbatas pada kalangan pendidik, diperlukan suatu studi yang lebih serius dan menyeluruh yang dapat mengungkapkan secara lebih jelas dampak-dampak yang bisa diakibatkan oleh praktek cheating baik kepada individu pelaku maupun kepada kehidupan sosial kemasyarakatan secara keseluruhan.

Pustaka Acuan
Aiken, R. Lewis. 1994. Psychological Testing and Assesment. Bostom: Allyn and Bacon.
Antion, David L. and Michel, William B. 1983. Short Term Predictive Validity of Demografic, Affective, Personal and Cognitive Variables in Relation to Two Criterion Measures of Cheating Behaviors.
Educational and Social Psychology Measurement. California. Arbi, Sutan Zanti. 1988.
Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan. Atkinson, Rita L, Richard C. Atkinson dan Ernest R. Hildgard. 1996.
Pengantar Psikologi, Terjemahan NurjannahTaufiq dan Agus Dharma. Jakarta: Penerbit Erlangga. Bowers, William J. 1964. Student Dishonesty and Its Control in College,
Colombia University Bound. New York: McMillan. Deighton, Lee C. 1971.

The Encyclopedia of Education. New York: McMillan. Hjelle, A. Larry, Ziegler, J. Danield. 1998. Personality

Theories. New York: Mc. Grow Hill. Smith, Charles P. Cs. 1971. Moral Decision Making: Cheating on Examination, Psychological Association Annual Meeting. New York. Suryabrata

Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

PERANAN GURU DAN DOSEN

PERANAN GURU DAN DOSEN
SEBAGAI TENAGA PENDIDIK PROFESIONAL

I. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa d an meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat;
Merosotnya mutu pendidikan di tanah air ditandai oleh banyak hal, seperti rendahnya tingkat kelulusan Ujian Akhir Nasional (UAN), turunnya peringkat Indonesia di tingkat negara-negara berkembang, bahkan di tingkat negara-negara Asia Tenggara dalam berbagai kemampuan, dan kemudian oleh ketertinggalan kita dari negara yang pernah belajar dari Indonesia. Mutu pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu di antaranya adalah guru dan dosen. Meskipun faktor-faktor lain ikut mempunyai andil dalam merosotnya mutu pendidikan, namun, guru dan juga dosen dapat dikatakan merupakan salah satu faktor penentu karena guru dan dosenlah yang secara terprogram berinteraksi dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Berbicara tentang guru dan dosen, tentu tidak dapat terlepas dari citra dan kualitas guru dan dosen yang semakin memudar. Kenyataan menunjukkan bahwa sejak lebih dari dua dasa warsa terakhir, pekerjaan guru dan dosen tidak menarik lagi, sehingga hanya dipilih oleh mereka yang tidak mempunyai pilihan lain. Meskipun demikian, harus diakui bahwa tidak semua guru dan dosen seperti itu. Masih banyak guru yang mendedikasikan dirinya dalam bidang pendidikan ini karena memang benar-benar menyadari pentingnya pendidikan dan pentingnya peran guru dan dosen dalam membina generasi penerus yang akan menentukan nasib bangsa di masa yang akan datang. Namun, kenyataan masih tetap tak terbantahkan, bahwa menjadi guru dan dosen bukan merupakan pilihan utama putra-putri terbaik bangsa.
Upaya untuk menjadikan jabatan guru dan dosen sebagai jabatan profesional telah dilakukan sejak tahun 1977. Namun, baru sekitar 28 tahun kemudian mulai tampak ada tanda-tanda akan terwujudnya profesionalisasi jabatan guru dan dosen tersebut, mula-mula dengan terbitnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan kemudian, yang paling utama, diberlakukannya UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang sangat menjanjikan. Namun, masih banyak yang perlu digarap untuk meraih janji-janji tersebut dalam mewujudkan profesionalisasi jabatan guru dan dosen , bukan saja karena kompleksnya masalah yang harus dihadapi, tetapi juga karena terdapatnya distorsi konseptual tentang kompetensi guru dan dosen dalam PP No. 19/2005, yang berlanjut dalam UU No. 14/2005.
Salah satu upaya yang diamanatkan oleh PP No. 19/2005 dan UU No. 14/2005 dalam menjadikan jabatan guru dan dosen sebagai jabatan profesional untuk meningkatkan citra guru dan dosen adalah pendidikan profesi yang memungkinkan guru dan dosen menguasai kompetensi utuh sehingga berpeluang memberikan layanan ahli yang andal yang diharapkan mampu menyumbang kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kepemilikan kompetensi yang tercermin dalam kemampuan memberikan layanan ahli ini akan ditandai dengan pemerolehan Sertifikat Pendidik yang selanjutnya akan diikuti oleh penghargaan berupa tunjangan profesi. Ketentuan ini berlaku bagi semua guru dan dosen, termasuk bagi guru sekolah dasar (SD). Menurut PP No. 19/2005, pasal 29, ayat (2), seorang guru SD/MI minimal harus mempunyai kualifikasi akademik sarjana (S1) atau D-IV, serta sertifikat profesi untuk guru SD/MI. Sehubungan dengan persyaratan ini, perlu segera dirancang program pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UU No. 14 Tahun 2005 dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi akademik maupun pengelolaan. Hal ini tentu merupakan pekerjaan besar, bak hutan belantara, yang masih harus dirambah dan dirancang dengan penuh kehati-hatian. Adanya persepsi yang beragam tentang program pendidikan profesi ini perlu ditangani terlebih dahulu dengan mengupayakan penyamaan wawasan, sehingga terdapat persepsi yang sama di antara berbagai pihak yang terlibat/berkepentingan dalam masalah ini.
Lahirnya Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberikan harapan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia, khususnya bagi pengembangan profesi guru dan dosen. Ke depan diharapkan pengembangan guru dan dosen menjadi lebih tertata dan tersistem, yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia secara keseluruhan. Melalui implementasi undang-undang tersebut, pemerintah diharapkan mampu menyiapkan calon-calon tenaga pendidik yang handal melalui berbagai LPTK, di samping meningkatkan kinerja guru dan dosen yang sudah ada.
Dalam salah satu bagian dari undang-undang tersebut dinyatakan bahwa upaya peningkatan profesionalisme sekaligus kesejahteraan guru dan dosen adalah dengan melakukan pendidikan profesi dan sertifikasi. Mengantisipasi dilaksanakannya peraturan tersebut maka perlu dilakukan berbagai persiapan (baik oleh LPTK penghasil calon guru maupun guru-guru yang sudah ada), sehingga pada saatnya nanti tidak mengalami kendala yang berarti.
Perubahan paradigma profesi pendidik perlu dipahami, baik oleh dosen maupun guru. Berbagai aspek terkait dengan pendidikan profesi dan sertifikasi sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidik, perlu diketahui karena cepat atau lambat guru dan dosen akan terkena aturan tersebut.
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah menegaskan persentase dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk dialokasikan bagi pembiayaan pendidikan. Niat baik di balik amandemen itu adalah kesadaran bahwa dunia pendidikan memerlukan pembenahan yang mendasar dan sungguh-sungguh.
”Anggaran pendidikan telah meningkat demikian besar. Alokasi APBN untuk Depdiknas merupakan alokasi paling besar yang diberikan kepada lembaga pemerintahan, kenaikannya sangat signifikan, namun tentu saja masalah pendidikan bukan semata-mata tergantung kepada besarnya anggaran, tapi membangun fasilitas pendidikan yang memadai, menyediakan tenaga guru dan dosen yang memiliki kualitas serta kemampuan yang tinggi juga merupakan faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Lebih dari itu, kurikulum pendidikan nasional juga harus terus menerus dilakukan evaluasi agar tetap sejalan dengan kebutuhan perubahan zaman dan tantangan masa depan. ”Agar output pendidikan sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja yang tersedia di negeri kita, baik di sektor pertanian, industri, maupun di sektor jasa”..
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, adalah menyadarkan para orang tua tentang betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. ”Sesungguhnya hanya pendidikan lah yang akan mampu mengubah masa depan seseorang. Untuk itu pemerintah telah membebaskan biaya pendidikan bagi keluarga miskin. Pemerintah juga telah memberikan bantuan operasional sekolah ( BOS ) agar kendala biaya dan fasilitas pendidikan dapat diatasi. ”Di berbagai daerah bahkan, pemerintah daerah telah membebaskan biaya pendidikan hingga jenjang SMA. Demikian juga kesehatan, diharapkan makin berkualitas, murah, dan gratis. Rakyat miskin bebas berobat di Puskesmas dan di rumah sakit.
Dunia pendidikan dan dunia ketenagakerjaan adalah dua dunia yang saling berhubungan secara fungsional. Masalah yang terjadi pada dunia ketenagakerjaan tidak dapat dilepaskan dari masalah yang terjadi pada dunia pendidikan. ”Dunia ketenagakerjaan memiliki paradigma dan logika tersendiri yang dalam prakteknya tidak selalu sejalan dengan paradigma dan logika dunia pendidikan.
Pertumbuhan dunia ketenagakerjaan tidak pula selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan dunia pendidikan. ”Itulah sebabnya kita harus terus mencurahkan perhatian dan pemikiran untuk merumuskan sistem kebijakan dan formula yang tepat agar dapat mensinergikan dua dunia yang berbeda namun saling terkait ini,”.
Setiap tahun Pasar tenaga kerja dibanjiri jutaan tenaga kerja baru. Jumlah angkatan kerja baru jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya selalu mengalami kesenjangan. Angkatan kerja bertambah terus, baik yang berpendidikan SMA maupun sarjana, bahkan lulusan SMP dan SD. Hal ini bukan semata-mata disebabkan oleh kurang sesuainya pendidikan dan ketenagakerjaan, tetapi juga karena tidak mudahnya membuka lapangan pekerjaan baru. ”Membangun dan memperluas lapangan kerja harus dikerjakan bersama-sama oleh pemerintah dan dunia usaha,”.
II. DUNIA KETENAGAKERJAAN DAN DUNIA USAHA
Sebagaimana yang telah kami singgung didepan bahwa dunia pendidikan dan dunia ketenagakerjaan merupakan dua dunia yang saling berhubungan secara fungsional. Pembangunan ketenakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materiil maupun spiritual. Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan disebutkan dalam Pasal 1 (1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja, (2)Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Sementara Dalam UU No14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan dalam pasal 1 (1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah; (2) Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Hubungan kedua Undang-Undang tersebut sebenarnya terletak pada profesi guru sebagai tenaga kerja yang ditekankan pada Profesionalitas seseorang guru atau dosen. Dalam UU guru dan dosen tersebut Pasal 1 (3) Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Berdasarkan uraian di atas, pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan tujuan sebagai berikut:
mengangkat martabat guru dan dosen;
menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen;
meningkatkan kompetensi guru dan dosen;
memajukan profesi serta karier guru dan dosen;
meningkatkan mutu pembelajaran;
meningkatkan mutu pendidikan nasional;
mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antardaerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi;
mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antardaerah; dan
meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan visi dan misi tersebut, kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, sedangkan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dosen serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Selain itu, perlu juga diperhatikan upaya-upaya memaksimalkan fungsi dan peran strategis guru dan dosen yang meliputi penegakan hak dan kewajiban guru dan dosen sebagai tenaga profesional, pembinaan dan pengembangan profesi guru dan dosen, perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan visi, misi, dan pertimbangan-pertimbangan di atas diperlukan strategi yang meliputi:
penyelenggaraan sertifikasi pendidik berdasarkan kualifikasi akademik dan kompetensi;
pemenuhan hak dan kewajiban guru dan dosen sebagai tenaga profesional yang sesuai dengan prinsip profesionalitas;
penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian guru dan dosen sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah, kualifikasi akademik, maupun kompetensi yang dilakukan secara merata, objektif, dan transparan untuk menjamin keberlangsungan pendidikan;
penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru dan dosen untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian para guru dan dosen;
peningkatan pemberian penghargaan dan jaminan perlindungan terhadap guru dan dosen dalam pelaksanaan tugas profesional;
peningkatan peran organisasi profesi untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dan dosen dalam pelaksanaan tugas sebagai tenaga profesional;
penguatan kesetaraan antara guru dan dosen yang bertugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan guru dan dosen yang bertugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;
penguatan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah dan pemerintah daerah dalam merealisasikan pencapaian anggaran pendidikan untuk memenuhi hak dan kewajiban guru dan dosen sebagai tenaga profesional; dan
peningkatan peran serta masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban guru dan dosen.
Pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional merupakan bagian dari pembaharuan sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan, kepegawaian, ketenagakerjaan, keuangan, dan pemerintahan daerah.
Sehubungan dengan hal itu, diperlukan pengaturan tentang kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional dalam suatu Undang-Undang tentang Guru dan Dosen.
Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
III. KESEJAHTERAAN GURU DAN MUTU PENDIDIKAN
Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menyatakan bahwa peningkatan kesejahteraan guru dan dosen sangat terkait dengan mutu pelayanan. Oleh karena itu, dalam UU Guru dan Dosen tidak hanya diatur menyangkut permasalahan kesejahteraan, tetapi juga tentang peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan, yang mengatur guru dan dosen sebagai profesi. Menyangkut persyaratan menjadi guru yang profesional dalam kerangka pemerataan dan perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan;
”Konsekuensi dari itu semua bahwa kalau mereka memenuhi persyaratan profesi dan pelayanan mutu, kesejahteraan mereka pun otomatis menjadi lebih baik.
Dalam UUD 45 dan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasinal, diamanatkan alokasi anggaran untuk bidang Pendidikan sebesar 20% dari total anggaran (APBN dan APBD). Hal ini terkait upaya untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga pendidik yang dalam hal ini adalah guru dan dosen.
Undang-Undang (UU) Guru dan Dosen juga memberikan sinyal bahwa kesejahteraan guru akan ditingkatkan. Guru yang memenuhi kualifikasi akademik dan mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Belum lagi tambahan tunjangan fungsional sebesar Rp 500.000 per bulan.
Peningkatan kesejahteraan guru itu membuat yang tak pernah punya keinginan jadi guru harus berpikir ulang. Artinya profesi guru yang dulunya kurang diminati sekarang menjadi salah satu profesi yang menjanjikan untuk dapat hidup sejahtera. Kunci sukses pendidikan memang terletak pada kualitas dan kesejahteraan guru.
Pembangunan pendidikan Kota Tarakan tidak dapat lepas dari perkembangan lingkungan strategis, baik lokal, regional, nasional maupun global. Pendidikan harus dibangun dengan mempertimbangkan keterkaitannya secara fungsional dengan berbagai kondisi lingkungan dan bidang kehidupan, yaitu kondisi sosial, budaya, dan ekonomi, yang masing-masing lingkungan dan bidang kehidupan itu memiliki persoalan dan tantangan yang kompleks.
Ditinjau dari dimensi sektoral, pembangunan pendidikan bukan semata-mata membangunan SDM dalam kerangka penyiapan tenaga kerja, tetapi lebih dari itu pembangunan pendidikan dalam jangka lima tahun ke depan harus di lihat dalam perspektif pembangunan manusia seutuhnya. Oleh karena itu sudah seharusnya pembangunan pendidikan mencakup pembangunan manusia berkualitas dengan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, yang mampu mengamalkan nilai-nilai agama, memahami seni atau, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta potensi fisik yang berkualitas dengan olah raga.
Ditinjau dari lingkungan strategis lokal, pendidikan harus lebih berperan dalam membangun seluruh potensi yang ada pada daerah baik berkaitan dengan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi sehingga pendidikan dapat membangun sumberdaya manusia menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan Kota Tarakan.
Pembangunan pendidikan Kota Tarakan juga harus merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Kota Tarakan yang berkualitas, maju, mandiri dan modern dan dapat mendukung visinya yaitu menjadi ”Kota pusat pelayanan perdagangan dan jasa yang berbudaya, sehat, adil sejahtera dan berkelanjutan”. Pembangunan pendidikan hendaknya menghasilkan insan-insan yang akan menjadi subyek penggerak pembangunan ekonomi didaerah. Oleh karena itu harus mampu melahirkan lulusan yang bermutu, memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai keterampilan teknis, yang memadai, serta memiliki kemampuan kewirausahaan, yang menjadi salah satu pilar penting dalam aktivitas perekonomian.
Dalam kontek pembangunan regional, pembangunan pendidikan pendidikan Kota Tarakan hendaknya dapat memberikan sumbangan bagi meningkat dan majunya pembangunan regional. Ini berarti bahwa pembangunan pendidikan bukan semata-mata bersifat pembangunan lokal tetapi mempunyai keterkaitan dengan kondisi dan situasi regional seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Pembangunan pendidikan seharusnya mempunyai komitmen terhadap perkembangan nasional. Hal yang demikian hendaknya diikuti dengan pembangunan pendidikan di daerah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan pembangunan pendidikan secara nasional. Walaupun demikian sebagai daerah otonom, Kota Tarakan mempunyai kewenangan menentukan prioritas sesuai dengan kebutuhan dan kepentinggan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Isu pendidikan global, seperti misalnya pendidikan bagi semua dan bebas biaya setidaknya pada jenjang pendidikan dasar, perlu mendapat perhatian. Mengusahakan agar tidak ada lagi warga negara yang buta aksara, peningkatan mutu dan kesetaraan gender, pemihakan kepada masyarakat miskin yang mempunyai potensi dan kecerdasan istimewa kiranya termasuk yang harus menjadi komitmen pembangunan pendidikan di daerah.
Dalam lima tahun mendatang pembangunan pendidikan di Kota Tarakan dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dalam upaya meningkatkan kinerja dalam (a) pemerataan dan perluasan akses, (b) peningkatan mutu dan relevansi, (c) penataan manajemen dan kelembagaan, dan peningkatan pembiayaan. Dalam era otonomi dan desentralisasi, dimana peran daerah otonom semakin luas, Pemerintah Daerah perlu melakukan perubahan, penyesuaian, dan pembaharuan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis, yang memberi perhatian pada kemadirian dan mendorong partisipasi masyarakat tanpa kehilangan wawasan nasional.
III. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan dalam Seminar Nasional ” Implementasi Undang-Undang Guru dan Dosen dalam Perspektif Undang-Undang Ketenagakerjaan”, semoga apa yang menjadi harapan kita semua untuk dapat meningkatkan profesionalisme Guru dan Dosen sebagai tenaga Pendidik yang handal dapat terwujud dan yang tak kalah pentingnya adalah kesejahteraan guru dan dosen dapat terwujud, sehingga mutu pendidikan dapat lebih meningkat.

Jumat, 20 Juli 2007

MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR

MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR
DALAM PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harus diakui bahwa sampai saat ini masih banyak lembaga pendidikan mulai dari tingkat terbawah hingga yang tertinggi masih menerapkan cara-cara ortodoks dalam praktek pembelajarannya. Model pembelajaran tersebut biasanya dicirikan dengan praktek pengajaran dimana para pelajar dikondisikan hanya menelan informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar. Dengan pola pembelajaran seperti ini, sangat sulit menghasilkan individu-individu yang mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, melainkan hanya akan menghasilkan individu-individu otomatis yang melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa.
Di tengah derasnya laju perubahan peradaban, sangatlah tidak bijaksana apabila kondisi ini terus dipertahankan. Dunia pendidikan di Indonesia harus berbenah, memperbaiki praktek pendidikan yang tidak bijaksana ini. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia tidak terus menerus menjadi pengikut dan hanya menjadi pelaksana dari kebijakan-kebijakan dari bangsa lain. Salah satu usaha itu adalah dengan menyelenggarakan pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan inisiatif dan berpikir anak.
Pada akhirnya, dengan kemampuan inisiatif dan berpikir kreatif ini dapat mengarahkan para siswa untuk menjadi orang-orang yang mampu mengambil keputusan, berpikir dan menghasilkan produk-produk baru. Selain itu, kemampuan berpikir kritis dapat membantu manusia membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
B. Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan berpikir?
2. Bagaimanakah cara melatih keterampilan berpikir?
3. Apa peranan keterampilan berpikir dalam metode belajar?


BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakekat Berpikir
Dalam sebuah situs bebas, Bob Kizlik menyatakan bahwa berpikir adalah proses menciptakan rangkaian transaksi konektif terstruktur antara unsure-unsur dari informasi yang dipahami. Sebagai sebuah proses yang cukup kompleks, kegiatan berpikir memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut;
1. Pembentukan konsep
Menyusun informasi tentang suatu entitas atau kumpulan informasi yang bermakna. Sebuah konsep dapat dijelaskan sebagai hubungan yang dipahami antara dua atau lebih fakta.
2. Pembentukan prinsip
Mengenali adanya hubungan antara atau antar konsep-konsep.
3. Pemahaman
Menghasilkan pengertian-pengertian dan pemahaman-pemahaman dengan menghubung-hubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4. Pemecahan masalah
Menganalisis suatu keadaan yang membingungkan atau keadaan sulit untuk tujuan menghasilkan pemecahannya.
5. Mengambil keputusan
Proses memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia.
6. Penelitian
Melakukan penyelidikan untuk tujuan menetapkan dan mengesahkan satu atau lebih hipotesis.


7. Menyusun kesimpulan
Mengembangkan sesuatu berupa tulisan, musical, mekanikal atau artistic dari informasi atau pengetahuan yang dimiliki.
8. Penyampaian pesan
Menyampaikan informasi atau pengetahuan yang diterima/dimiliki kepada orang lain.
Berpikir adalah pekerjaan sadar dari otak. Pikiran selalu sibuk dalam banyak kegiatan seperti rekoleksi (recollectioning), mengerti (termasuk mencocokkan pola dan perhatian terfokus), membayangkan (termasuk meditasi), dan navigasi. Penjabaran dari proses berpikir itu adalah;
1. Rekoleksi terjadi saat otak membaca ulang memory dari tempat penyimpanannya. Pembacaan ulang atau mengingat mungkin dapat terjadi secara tidak disengaja.
2. Pemolaan adalah suatu bagian dari otak-kanan, berpikir holistic. Seperti halnya yang diluar analisis, sisi verbal dari pemrosesan informasi kita (otak kiri) dan sisi artistic (otak kanan). Kegiatan pemolaan yang simultan membantu kita untuk menjalin hubungan.
3. Menelusuri jalur. Setiap tindakan yang diprakarsai oleh kita adalah tergantung pada suatu keputusan yang apabila dibantu dengan pola-pola yang cocok maka pikiran akan secara otomatis menggunakan kecocokan ini.
4. Mengerti adalah proses memperbesar rangkaian pola-pola atau menggabung-gabungkan banyak informasi ke dalam pola-pola yang sudah ada (de Bono).
5. Mencocokkan pola Pengolahan informasi membuat penggunaan besar dari pola-pola untuk menyederhanakan keputusan. Pola-pola diciptakan saat suatu tanggapan pada suatu situasi tertentu yang diingat.
6. Memusat (focus) berarti memilih satu perhatian saat mengeluarkan sisa memory dan pengalaman external
7. Meditasi adalah proses “pikiran” tanpa berpikir sadar.
Rene Descartes, seorang filsuf Perancis menungkapkan “Cogito ergo sum” yang rtinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa manusia mulai berpikir. Coger,1989 menjelaskan-dalam bukunya, Rational Infant-bahwa bayi dalam 'tahap infansi' sudah dapat berpikir logis. Diperkuat oleh data (Monnier,1981) yang menunjukkan bahwa bayi berusia sekitar satu tahun dapat menggunakan kalkulus logis secara formal seperti anak usia remaja akhir. Artinya, kemampuan berpikir sudah ada pada manusia sejak tahun pertama kehidupan.
Berpikir adalah 1) proses pengungkapan sesuatu dengan mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita sehingga diketahui, 2) merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup, 3) berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan antara manusia dan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak, karena hanya memiliki instink, yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Menurut Ngalim Purwanto “dalam berpikir orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun dan merupakan kebutan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami”.
Menurut J.C. Coleman dan C.L. Hammen (1974), berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru - dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni. Sedangkan D.W. Mckinnon (1962) menyatakan, selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang baru bisa dikatakan berpikir secara kreatif apabila memenuhi dua persyaratan.
Pertama, sesuatu yang dihasilkannya harus dapat memecahkan persoalan secara realistis. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan di ibukota, bisa saja seorang walikota mempunyai gagasan untuk membuat jalan raya di bawah tanah. Memang, gagasan itu baru, tetapi untuk ukuran Indonesia solusi itu tidak realistis. Dalam kasus itu, sang walikota belum dapat dikatakan berpikir secara kreatif.
Kedua, hasil pemikirannya harus merupakan upaya mempertahankan suatu pengertian atau pengetahuan yang murni. Dengan kata lain, pemikirannya harus murni berasal dari pengetahuan atau pengertiannya sendiri, bukan jiplakan atau tiruan. Misalnya, seorang perancang busana mampu menciptakan rancangannya yang unik dan mempesona. Perancang itu dapat disebut kreatif kalau rancangan itu memang murni idenya, bukan mencuri karya atau gagasan orang lain.
Menurut ahli lain, Dr. Jalaludin Rakhmat (1980) untuk bisa berpikir secara kreatif, si pemikir sebaiknya berpikir analogis. Jadi, proses berpikirnya dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal lain yang sudah dipahami. Kalau menurut pemahaman si pemikir, kesuksesan adalah keberhasilan mencapai suatu tujuan, maka saat ia berpikir tentang kesuksesan, ciri-ciri berupa "berhasil mencapai tujuan" menjadi unsur yang dipertimbangkan. Misalnya, seseorang dikatakan sukses bila ia dengan bekerja keras telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Tanpa tujuan yang jelas sulit bagi seseorang untuk bisa sukses. Namun, karena setiap orang mempunyai tujuan berbeda, maka standar kesuksesan setiap orang pun berbeda.
Agar mampu berpikir secara kreatif, pikiran harus dioptimalkan pada setiap tahap yang dilalui. Lima tahap pemikiran ialah orientasi, preparasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
1) Pada tahap orientasi masalah, si pemikir merumuskan masalah dan mengindentifikasi aspek-aspek masalah tersebut. Dalam prosesnya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang tengah dipikirkan.
2) Pada tahap selanjutnya, preparasi, pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses secara analogis untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi. Si pemikir harus benar-benar mengoptimalkan pikirannya untuk mencari pemecahan masalah melalui hubungan antara inti permasalahan, aspek masalah, serta informasi yang dimiliki.
3) Pada tahap inkubasi, ketika proses pemecahan masalah menemui jalan buntu, biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan terus bekerja secara otomatis mencari pemecahan masalah. Proses inkubasi yang tengah berlangsung itu akan sangat tergantung pada informasi yang diserap oleh pikiran. Semakin banyak informasi, akan semakin banyak bahan yang dapat dimanfaatkan dalam proses inkubasi.
4) Pada proses keempat, yakni iluminasi, proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan masalah. Pada tahap ini sebaiknya diupayakan untuk memperjelas pengertian yang muncul. Di sini daya imajinasi si pemikir akan memudahkan upaya itu.
5) Pada tahap terakhir, yakni verifikasi, si pemikir harus menguji dan menilai secara kritis solusi yang diajukan pada tahap iluminasi. Bila ternyata cara yang diajukan tidak dapat memecahkan masalah, si pemikir sebaiknya kembali menjalani kelima tahap itu, untuk mencari ilham baru yang lebih tepat.
Gagasan luar biasa dari Coleman & Hammen mengungkapkan, ada tiga faktor yang secara umum dapat ikut menunjang cara berpikir kreatif yakni,
1. kemampuan kognitif. Seseorang harus mempunyai kecerdasan tinggi. Ia harus secara terus-menerus mengembangkan intelektualitasnya,
2. sikap terbuka. Cara berpikir kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada stimulus internal dan eksternal. Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan memperluas minat dan wawasan,
3. sikap bebas, otonom, dan percaya diri. Berpikir secara kreatif membutuhkan kebebasan dalam berpikir dan berekspresi. Juga memerlukan kemandirian berpikir, tidak terikat pada otoritas dan konvensi sosial yang ada. Yang terpenting, ia percaya pada kemampuan dirinya.


B. Keterampilan Berpikir
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl mengatakan bahwa ada dua cabang utama berpikir yaitu berpikir kreatif dan berpikir analitik. Berpikir kreatif dilakukan untuk menghasilkan gagasan dan produk baru dengan melihat suatu pola atau hubungan baru antara satu hal dan hal lainnya yang semula tidak tampak. Sementara berpikir analitik menundukkan suatu simulasi, masalah, subjek, atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis.
Sementara itu mengatakan bahwa keterampilan berpikir termasuk dalam domain kognitif. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu: 1) keterampilan berpikir lancar (fluency); (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility); (3) keterampilan berpikir orisinal (originality); (4) keterampilan memperinci (elaboration); dan (5) keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88)
Dalam tulisan lain Richard Paul menyatakan bahwa solusi alternatif biasanya bukan bawaan, melainkan harus dibangkitkan atau diajarkan. Pemikir kritis harus sebaik pemikir kreatif” sedangkan Patrick Hillis dan Gerald Puccio menjabarkan paduan generasi divergen dan evaluasi konvergen dalam suatu strategi problem-solving dan digunakan secara bergantian.
Klasifikasi dari keterampilan berpikir menurut Sternberg, 1989:
1. Keterampilan berpikir kritis yang terdiri atas (a) menganalisa; (b) tinjauan/kupasan; (c) menilai; (d) mempertimbangkan; (e) membandingkan dan membedakan; (f) menafsirkan
2. Keterampilan berpikir praktis terdiri atas: (a) penerapan; (b) penggunaan dan memanfaatkan; (c) latihan, praktik
3. Keterampilan berpikir kreatif yang terdiri atas (a) membuat; (b) menemukan; (c) merekayasa; (membayangkan; € mengira; (f) menduga
Dari beberapa pendapat tersebut amat nyata bahwa dengan melatih keterampilan berpikir kreatif dan analitis dapat dijadikan modal bagi para pelajar untuk berpikir lebih produktif, karena dengan berpikir kreatif mereka bisa menghasilkan ide-ide dan dengan berpikir kritis mereka bisa mengevaluasi ide-ide.
Inti dari keterampilan berpikir antara lain;
1. Keterampilan memusatkan pikiran
Melakukan pemilihan bagian informasi tertentu dan mengabaikan yang lainnya.
a. Mendefinisikan masalah: hak menjelaskan, ketidak cocokan atau situasi membingungkan
b. Menetapkan tujuan akhir: menetapkan arah dan tujuan
2. Keterampilan mendapatkan informasi
Menyampaikan ketidaksadaran pada kebutuhan data relative bagi proses kognitif
a. Mengamati: mendapatkan informasi melalui satu atau lebih alat indera
b. Merumuskan pertanyaan: memandang informasi baru melalui penyelidikan
3. Keterampilan mengingat
Menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi
a. Menyandikan: menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang
b. Memangil ulang: mengeluarkan kembali informasi dari ingatan jangka panjang
4. Keterampilan mengorganisasikan
Merangkai informasi sehingga dapat digunakan dengan lebih efektif
a. Membandingkan: mencatat persamaan dan perbedaan antara atau antar entitas
b. Mengklasifikasikan: mengelompokkan dan memberi nama entitas berdasarkan atribut-atributnya
c. Mengurutkan: Urut-urutan entitas menurut criteria tertentu
d. Menampilkan kembali: mengubah bentuk namun bukan pada substansi informasinya
5. Keterampilan menganalisa
Menjelaskan informasi yang ada dengan memeriksa bagian-bagian dan hubungannya.
a. mengidentifikasi perlengkapan-perlengkapan dan komponen-komponen: menjelaskan karakteristik-karakteristik atau bagian-bagian sesuatu
b. mengidentifikasi hubungan-hubungan dan pola-pola: mengenali bagian-bagian cara yang berhubung-hubungan
c. mengidentifikasi gagasan utama: mengidentifikasi elemen pusat; sebagai contoh hirarki dari gagasan kunci dalam suatu pesan atau cara alas an
d. mengidentifikasi kesalahan: mengenali kekeliruan logis dan kesalahan lain serta apakah mungkin untuk memperbaikinya.
6. Keterampilan menyimpulkan
Menghasilkan informasi, pengertian atau gagasan-gagasan baru.
a. mengambil kesimpulan: melampaui informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi apakah benar yang beralasan
b. menduga: mengantisipasi kejadian selanjutnya, atau situasi dapatan
c. mengelaborasi: menjelaskan dengan menambahkan detil, contoh-contoh atau informasi relevan lainnya
7. Keterampilan memadukan
Menghubungkan dan memadukan informasi
a. meringkas: memadukan informasi secara efisien kedalam suatu pernyataan kohesif
b. merestrukturisasi: mengubah struktur pengetahuan yang ada untuk menggabungkan informasi baru
8. Keterampilan menilai
Menilai gagasan-gagasan yang masuk akal dan berkualitas
a. menetapkan kriteria: menetapkan standar untuk membuat keputusan
b. memverifikasi: mengkonfirmasi keakuratan klaim
Dari penjabaran dan pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir adalah proses kognitif yang memudahkan kita untuk membuat pengertian dari dan menciptakan informasi.

C. Keterampilan Berpikir dalam Pendidikan
Mengingat bahwa keterampilan berpikir khususnya yang relevan dengan berpikir kreatif dan berpikir kritis telah berkembang dengan cepat menjadi sesuatu yang sangat berguna, maka sangatlah tepat apabila dunia pendidikan dapat merumuskan langkah yang tepat dalam pelaksanaannya, khususnya di sekolah. Banyak alternative yang bias dilakukan, namun sebagai contoh bisa diambil langkah-langkah kunci sebagai berikut:
1. Keterampilan mengolah informasi
Siswa dapat mencari, mengumpulkan dan menyebutkan kembali informasi yang relevan; menginterpretasikan informasi; menganalisis informasi dan mengenali hubungan
2. Keterampilan memberi alasan
Siswa dapat memberi alas an atas opininya; menggambarkan inferensi dan membuat deduksi; menggunakan bahasa yang tepat untuk menjelaskan apa yang dipikirkan; membuat keputusan berdasarkan bukti.
3. Keterampilan meneliti
Siswa dapat mengajukan pertanyaan relevan; meangajukan dan menjelaskan rencana masalah yang akan dikerjakan dan bagaimana menelitinya; memprediksi hasil, menguji kesimpulan dan menyempurnakan pendapat
4. Keterampilan berpikir kreatif
Siswa dapat menyimpulkan dan memperluas gagasan; mengajukan hipotesis yang mungkin;menggunakan imajinasi; mencari hasil alternative yang inovatif.
5. Keterampilan mengevaluasi
Siswa dapat mengevaluasi informasi; menutuskan nilai-nilai dari apa yang mereka baca, dengar dan lakukan; mengembangkan criteria untuk menilai sesuatu; punya kepercayaan diri dalam menilai.
Keterampilan berpikir (thinking skills) diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasikan model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Model itu kadang-kadang mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi perceptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya, dan mampumengantisipasi hasilhasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah (trial and error). Keterampilan berpikir telah menjadi ungkapan yang bersifat umum, mencakup proses belajar dan memecahkan masalah. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah (Problem Solving)
Problem solving merupakan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah yang pelik. Metode yang digunakan adalah metode ilmiah berarti berpikir yang sistematik, logis, teratur dan teliti. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah:
1. Memahami masalah atau problema
2. Mengumpulkan keterangan atau data
3. Merumuskan hypotesa atau jawaban yang mungkin memberi penyesalan
4. Menilai suatu hypotesa
5. Men-test atau mengadakan eksperimen
6. Membentuk kesimpulan


BAB III
KESIMPULAN


1. Keterampilan berpikir belum dikembangkan di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah, padahal keterampilan ini besar manfaatnya dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah, di kantor, dan masyarakat.
2. Rendahnya mutu pendidikan baik ditingkat dasar, menengah maupun tinggi salah satunya belum dikembangkan keterampilan bepikir. Untuk itu upaya untuk pengembangan SDM hendaknya dimulai di sekolah dengan cara mengembangkan keterampilan bepikir. Siswa sejak dini diajari problem solving dengan cara berpikir ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah.
3. Guru dan dosen sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan hendaknya mempunyai keterampilan berpikir ini, agar dapat mengajarkan kepada pelajar/mahapelajar mempunyai keterampilan


http://www.tc.umn.edu/~ahler002/tft~1.htm http://www.tahoma.wednet.edu/SubSite/teachlearn/Basic_Skills/thinkingskills.htm
http://www.dialogueworks.co.uk/dw
Rose, Colin, and Nicholl, Malcolm J., Accelerated Learning for the 21st Century, Bandung: Nuansa, 2003, p. 254
http://www.tahoma.wednet.edu/SubSite/teachlearn/Basic_Skills/thinkingskills.htm
http://www.dialogueworks.co.uk/dw
http://www.asa3.org/ASA/education/think/methods.htm
http://www.adiprima.com/thinkskl.htm
http://www.adiprima.com/thinkskl.htm

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
ALIRAN-ALIRAN PENDIODIKAN
• KURIKULUM KONFLUEN
• Menekankan keutuhan pribadi, individu merespon secara utuh (pikiran, perasaan, tindakan) dasarnya Gestalt
• Ciri :
– Partisipasi
– Integrasi
– Relevansi
– Pribadi anak
– Tujuan : mengembangkan pribadi yang utuh
• Metode belajar konfluen :
– Mengidentifikasi topik/tema yang mengandung self-judgment
– Materi disampaikan dalam bentuk open-ended
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
• KURIKULUM HUMANISTIK
– Sumber : Pendidikan Pribadi (filsafat eksistensialisme)
– orientasi ke masa sekarang
– asumsi : anak punya potensi
– pendidikan ibarat bertani
– guru adalah psikolog, bidan, motivator, fasilitator
• Karakteristik kurikulum :
– siswa adalah subjek, punya peran utama
– isi/bahan sesuai minat/kebutuhan siswa
– menekankan keutuhan pribadi
– penyampaian : discovery, inquiry, penekanan masalah
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
KURIKULUM TEKNOLOGIS
• Sumber : Pendidikan Teknologis (filsafat realisme)
• orientasi ke masa sekarang dan y.a.d
• menekankan kompetensi
• kompetensi diuraikan menjadi perilaku yang dapat diamati
• peranan guru tidak dominan (dapat diganti alat-alat teknologi)
• pendidikan bersifat ilmiah (science, experimental, terukur0
• pendidikan – sistem
Karakteristik kurikulum :
• tujuan dirinci menjadi objektif
• menekankan isi (uraian kompetensi)
• disain pengajar disusun sistemik (menggunakan analisis approach)
• isi disajikan dalam media tulis & elektronik
• evaluasi menggunakan tes objektif

Aliran_aliran pendidikan
KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL
• Sumber : Pendidikan Interaksional (filsafat pragmatisme)
• orientasi ke masa lalu dan sekarang
• asumsi : manusia mahluk sosial
• menekankan pemecahan problema masyarakat
• tujuan pendidikan pembentukan masyarakat lebih baik
• pendidikan adalah kerjasama : interaksi guru-siswa-siswa
Karakteristik kurikulum :
• tujuan pemecahan masalah masyarakat
• isi kurikulum ; problema dalam masyarakat
• metode mengajar kooperatif / gotong royong / kerja kelompok
• guru & siswa belajar bersama

ALIRAN-ALIRAN KURIKULUM
I. Pendahuluaan
Lembaga pendidikan pada umumnya adalah sarana bagi proses pewarisan maupun transformasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami bahwa pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam melalui konstruk filosofis yang mendasarinya. Kata Roem Topatimasang, sekolah memang bukanlah sesuatu yang netral atau bebas nilai. Sebab tak jarang dan seringkali demikian, pendidikan dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya sekedar yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah dengan satu penafsiran resmi yang seragam pula. Dinamika sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan kondisi sosial-politik yang tengah dominan.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Sebuah bagan skematik dari William F. O’neil berikut in menunjukkan bagaimana nalar relasional antara filsafat dengan dunia pendidikan:
1) Ontologi
(Apa yang tertinggi yang bisa diketahui, dan
bagaimana kita bisa mengetahuinya [epistemologi, ny.]?)
2) Aksiologi
(Apakah kebaikan tertinggi itu?)
3) Teori Moral
(Apakah perilaku antarmanusia yang baik itu?)
4) Filosofi Politik
(Apakah organisasi sosial yang baik itu?)
5) Filosofi Pendidikan
(Pengetahuan macam apa yang diperlukan dan bagaimana semestinya ia ditanamkan?)
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum, maka dalam membahas filsafat pendidikan akamn berangkat dari filsafat. Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “ Konservatif”. Yang pertama didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Perspektif O’neil (H.A.R. Tilaar) memandang titik tolak pedagogik dari tindakan pemanusiaan. Sehingga pendidikan tidak bisa dilepaskan dari filsafat manusia. Jadi, justru perbedaan persepsi tentang manusia inilah yang kemudian melahirkan berbagai aliran dalam dunia pendidikan.
Di dunia dikenal beberapa aliran utama filsafat pendidikan yang di antaranya dapat diuraikan berikut ini.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
II. Uraian
Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran perennialisme meliputi
• a) seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifat integral dengan sejarah manusia,
• b) Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam setiap tindakan
• c) mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan fakta,
• d) mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita diami,
• e) Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari kebenaran baru yang mungkin,
• f) Orientasi bersifat philosophically-minded (fokus pada perkembangan personal),
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
g) memiliki dua corak, yaitu
(1) Perennial Religius
Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk memperoleh pengetahuan proposisional.

(2) Perennial Sekuler
Promosikan pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method). Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Essensialisme
• Esensialisme adalah suatu filsafat dalam aliran pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda.
• Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran pendidikan eksistensialisme ini berfokus pada
pengalaman-pengalaman individu yang berikut ini
(a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya.
(b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional.
(c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik.
(d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks.
(e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien.
(f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.
(g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran pendidikan esensialisme secara umum menekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich Esensialisme
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Progresivisme
Aliran Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran pendidikan progresivisme melihat manusia sebagai
(a) Pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.
(b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.
(c) Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.
(d) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.
(e) Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai.
(f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi.
(g) Bercorak student-centered.
(h) Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan. (i) Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran Pendidikan rekonstruksionisme Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Fokus dalam aliran pendidikan Rekonstruksionisme adalah berikut ini.
ALIRAN –ALIRAN PENDIDIKAN
(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.
(b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist
(c) Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan.
(d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.
(e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.
(f) Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).
Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Selain keempat aliran pendidikan di atas, sebenarnya masih ada beberapa aliran yaitu:
1. Idealisme yang memandang bahwa realitas akhir adalah roh bukan materi maupun fisik. Pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah.
ALIRAN PENDIDIKAN
2. Realisme yang memandang realitas adalah dualitis yang terdiri dari atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian yaitu
a) subyek yang menyadari dan mengetahui
b) realita diluar manusia yang dijadikan obyek pengetahuan manusia.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
3. Materialisme yang berpandangan bahwa hakekat realisme adalah materi bukan ruhani, spiritual ataupun supernatural.
4. Pragmatismeyang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
5. Eksistensialisme yang memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
D. Penutup
Setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan diatas, menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Masing-masing aliran pendidikan memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga para pelaku pendidikan harus mempelajari semua aliran dan mengkolaborasikannya sehingga akan diperoleh suatu sistem pendidikan atau pola pembelajaran yang baik

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
E. Sumber
• Admin, 2006. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Situs informasi Indonesia Serba serbi Dunia Pendidikan, http://edu-articel.com
• Hidayanto, D.N, 2000. Diktat Landasan Pendidikan, Untuk Mahasiswa, Guru dan Praktisi Pendidikan, Forum Komunikasi Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda
3. Pasti, Y. Priyono, 2007, Menuju Pendidikan Demokratis Humanistik, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/23/Didaktika/1916660.htm
4. Gunarto, H, 2004. Mengusung Pendidikan Humanistik, http://www.freelists.org/archives/ppi/05-2004/msg00284.html
5. O’neil, F. William, 2001. Ideoligi-Ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
6. Tjaya, Thomas Hidya, 2004. Mencari Orientasi Pendidikan,
• http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/04/Bentara/824931.htm

TUGAS ONLINE

Tugas Riset On line
Nama : Emillia bernadetha Ast (Bontang)

JUDUL : Faktor - faktor yang Berpengaruhterhadap Kesehatan Kulit Tugas
Alamat : Http://www.bogor.net, http://www.skincareabpout.com/
Daftar pustaka


PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ yang langsung terkena trauma dan kerusakan akibat kontak dengan alam sekitarnya.
Fungsi kulit adalah:
1. Sebagai pembungkus untuk melindungi alat-alat dalam, mencegah kontak dengan bahan berbahaya dari luar serta menjaga tubuh dari kekeringan yang dilakukan oleh stratum korneum. Sedangkan mekanisme perlindungan dan penyerapan sinar ultraviolet yang berbahaya dari pancaran sinar matahari, dilakukan oleh pigmen melanin yang dibentuk oleh sel melanosit.
2. Alat sekresi yang berperan dalam respon fisiologik maupun patologik, antara lain dilakukan oleh kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
3. Fungsi imunologik yang berperan dalam reaksi kekebalan tubuh.
Daerah tropis banyak memperoleh sinar matahari dibandingkan belahan bumi lainnya, memperbesar risiko kerusakan kulit akibat pancaran sinar ultra violet (UV) dari sinar matahari.yang juga mengenai wisatawan yang berkunjung dan tinggal lama di daerah tropis terutama yang suka berpesiar di pantai, karena permukaan air juga akan memantulkan kembali sinar UV yang diterimanya. Sinar matahari yang tampak (visible light, 400-800 nm), tidak menimbulkan kerusakan, Tapi di sebelahnya terdapat sinar infra merah (infra red = IR, 1300-1700 nm) yang 40% bagiannya mencapai bumi, dan berpengaruh terhadap proses photo aging (penuaan yang disebabkan oleh sinar matahari). Gabungan antara sinar IR dengan UV-B akan menyebabkan kerusakan dermis (dermal elastosis) dan berbagai keganasan kulit. Sinar matahari yang pada umumnya menyebabkan warna kemerahan (eritema), mempermudah timbulnya keganasan kulit karena sifat sinar tersebut yang merangsang pembelahan sel epidernis secara tidak teratur.
Sinar UV yang mempengaruhi kehidupan biologik mempunyai panjang gelombang antara 250-400 nm, dengan pembagian segmen sbb:
- Segmen UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm, paling banyak mencapai bumi - 100 kali UV-B, tetapi dengan kekuatan lemah - 1:1000 UVB. Segmen sinar ini masuk ke dalam dermis, menyebabkan kerusakan jaringan dermis sehingga proses penuaan dipercepat, menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan bersama UV-B berperan dalam proses keganasan kulit.
- Segmen UV-B, antara 290-320 nm, merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada di bagian bawah epidermis, berupa luka bakar (sunburn), kelainan pra-kanker dan keganasan. Lapisan ozon mengabsorpsi 90% segmen UV-B terutama pada panjang gelombang 290-300 nm.
- Segmen UV-C antara 200-290 nm, merupakan sinar terkuat, yang diabsorpsi oleh lapisan ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi.
Tetapi dengan adanya kebocoran lapisan ozon saat ini dan penurunannya sebanyak 8% setiap dekade, maka sinar UV-C dapat mencapai bumi dan sangat membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang reaktif akan mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit.
Kulit sehat sebenarnya cerminan kondisi tubuh yang sehat. Sebaliknya, kulit kusam kurang bercahaya bisa menjadi indikasi tubuh tidak dalam keadaan fit.
Bisa demikian karena kulit mengusung banyak fungsi penting lain di luar sebagai indera perasa dan selubung tubuh dari ancaman kondisi alam sekitar. Ia membantu mengatur suhu tubuh, juga melindungi dari virus dan bakteri, dan tak kalah penting menjalankan fungsi sekresi serta pengeluaran cairan.
Pada fungsi sekresi, kulit mengeluarkan semacam minyak yang dinamai sebum guna mempertahankan kelembapan dan kehalusan kulit. Sedangkan pengeluaran cairan berupa keringat yang terutama terdiri atas air untuk mengatur suhu tubuh agar tetap dalam batas normal.
Wilayah Republik Indonesia terdiri dari banyak pulau, perairan, hutan tropis yang berpotensi untuk area wisata. Namun faktor iklim tropis dengan sinar matahari yang berlimpah berisiko tinggi terhadap kerusakan kulit akibat sinar ultra violet (UV) dari sinar matahahari. Di tepi pantai pantulan sinar UV oleh permukaan laut juga berpengaruh pada kesehatan kulit. Di samping itu faktor air (kolam renang, laut) yang digunakan untuk berenang juga berpengaruh terhadap kesehatan kulit seperti Mycobacteria marinum yang dilaporkan dapat menyebabkan penyakit kulit swimming pool granuloma atau Buruli ulcer. Serta kulit yang luka juga dapat diinfeksi oleh Mycobacterium chelonae. Kuman-kuman terssebut masih sensitif terhadap clarythromycyn, doxycyclin, cotrimoxazole and rifampin. Berdasarkan hal di atas faktor-faktor eksternal (polusi, air, makanan dan minuman yang kurang higienis atau tercemar patogen, sinar ultra violet dari matahari) penting untuk diperhatikan di samping faktor internal.
1.2. KERANGKA TEORI
Seperti diuraikan diatas bahwa kulit mempunyai banyak banyak fungsi sehingga Kompleksitasnya seringkali kurang kita disadari. Tahukah Anda bahwa 1 cm2 kulit rata-rata berisi 1 m pembuluh darah, 100 kelenjar keringat, 3.000 sel sensor di ujung serabut saraf, 4 m saraf, 25 instrumen perasa, 200 ujung saraf perasa sakit, 2 instrumen perasa dingin, 12 perasa panas, 10 rambut, dan 15 kelenjar minyak?
Karena itu merawat kulit menjadi penting, dan kalau perlu sekali-kali memanjakannya dengan perawatan khusus.

Sebagai selubung tubuh, kulit merupakan tameng utama menghadapi ancaman kondisi luar tubuh; sinar ultraviolet matahari salah satunya. Sinar ultraviolet (UV) ini memang sering dituding jadi faktor utama penuaan dini alias premature aging. Sinar ini, terutama UV B yang daya penetrasinya kuat, diletakkan dalam urutan nomor satu dalam daftar penyebab. Tak heran kulit yang menua secara dini banyak dijumpai pada bagian tubuh yang terbuka, seperti wajah, lengan, dan kaki.
Wujud penuaan dini bisa berupa warna kulit yang lebih hitam, berkeriput, kusam, bahkan adanya bercak-bercak coklat kehitaman yang disebut melasma; kadang dinamakan chloasma. Bila tidak segera ditangani, bercak-bercak hitam yang umumnya terjadi pada wanita itu bisa makin meluas.
"Terik matahari yang mengandung ultraviolet itu memang buruk bagi kulit. Bertahun-tahun sebelum akibat paparan sinar itu terlihat dengan mata telanjang, kulit sebenarnya sudah rusak. Bila dibiopsi untuk melihat kerusakannya, semua orang pasti akan segera melakukan berbagai cara menghindari sengatan matahari," papar David Biro, ahli kulit dari New York.
David Biro betul sebab saat penuaan dini terjadi, kulit akan mengalami perubahan sehingga orang yang berumur 30-an nampak 20 tahun lebih tua. Bahkan rangsangan sinar ultraviolet yang terus- menerus bisa membuat kulit rusak atau malah terkena kanker kulit.
Kerusakan kulit yang sering dialami mereka yang berusia di atas 30 tahun - meski bisa pula terjadi pada yang lebih muda - juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal lain seperti tingkat polusi alam sekitar, yang bisa berupa berbagai asap dengan kandungan karbon, tumpukan debu dan kotoran lain di kulit.
Selain dari luar, kondisi internal tubuh turut berpengaruh terhadap kesehatan kulit, seperti faktor hormonal, faktor keturunan, stres, dan radikal bebas.
"Setiap kali bernapas dengan menghirup oksigen pasti terjadi oksidasi yang menghasilkan sisa-sisa oksidasi yang disebut oksidan. Oksidan inilah yang membentuk radikal bebas yang, karena tidak lagi punya tempat untuk menempel di tubuh, lalu berkeliaran ke mana-mana, menabrak sel-sel lain. Akibatnya, sel-sel yang ditabrak cepat rusak," tutur Edwin Juanda, dermatolog yang banyak didatangi pasien untuk mempercantik diri.
Radikal bebas yang bersifat reaktif tersebut dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat.

Secara garis besar, lapisan kulit paling luar adalah kulit ari (stratum corneum) yang tipis seperti kulit bawang. Di bawahnya adalah berbagai organ yang sudah disebut tadi. Lebih dalam lagi ialah jaringan lemak yang tebal. Lapisan berikutnya yaitu otot (daging) dan tulang, yang bukan lagi bagian dari kulit.
Sesuai proses alam, sebetulnya setiap 28 hari sekali sel-sel kulit akan beregenerasi atau meremajakan diri. Sel kulit yang semula berbentuk bulat akan naik ke permukaan kulit dan berubah bentuk menjadi gepeng, sebelum akhirnya mati dan menjadi bagian dari lapisan kulit ari.
Pada kondisi kulit yang menua, yang terjadi sebaliknya. "Lapisan kulit luar yang mengandung sel-sel kulit hidup, juga lapisan tempat berbagai pembuluh dan kelenjar, menipis. Sedangkan lapisan kulit ari justru menebal, karena sel-sel kulit pada mati atau dakinya terus bertumpuk," ujar Edwin Juanda.
Edwin juga meluruskan pandangan bahwa pengelupasan lapisan kulit mati tidak terjadi secara otomatis, dan kalaupun mengelupas akan berlangsung dalam waktu lama. Itu pula sebabnya, pengelupasan kulit perlu dilakukan secara khusus, karena perawatan membersihkan kulit sehari-hari saja tidak akan mampu mengangkat kulit mati.
Namun, menurut Edwin, bukan berarti tidak ada harapan bagi penderita penuaan dini mendapatkan kembali kulit sehat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya, bercak yang sangat kecil (freckles) dapat dihilangkan dengan mengupasnya pakai alat yang sangat halus. "Untuk bercak yang lebar lebih tepat digunakan krim pemutih yang dioleskan di malam hari," ujarnya. Ia mengingatkan, penggunaan krim pemutih harus dilakukan secara hati-hati dan di bawah pengawasan dokter kulit. Penggunaan yang berlebihan, apalagi dalam jangka waktu lama, justru membuat kulit bertambah hitam.
Namun bila cara tersebut belum mampu mengatasi masalah, "Mau tak mau digunakan laser penghancur pigmen seperti laser Ruby. Tetapi ini hanya untuk kasus-kasus yang parah, karena hasilnya bervariasi untuk setiap individu. Dokter yang melakukannya pun akan melakukan tes lebih dahulu untuk mencari dosis yang sesuai," tutur dokter lulusan FKUI tersebut.
Dibandingkan dengan bercak kehitaman, kerutan di wajah lebih sulit dihilangkan sama sekali. Meski beberapa cara dapat menguranginya dengan hasil yang nyata. Salah satunya dengan melakukan chemical peeling. Dalam hal ini kulit wajah diolesi cairan khusus yang membuat kulit ari mengelupas. Setelah sembuh - dengan makan waktu cukup lama - kerutan-kerutan menjadi hilang.
Cara lain dengan tindakan operasi face lift; yang ini memang perlu biaya besar dan harus dilakukan oleh dokter ahli. Kemungkinan lain ialah menggunakan krim asam vitamin A yang diperkenalkan oleh Prof. Kligman dari AS. Dengan mengoleskan krim asam vitamin A seperti Retin-A atau Vitacid, atau Melavita pada wajah setiap malam, dalam beberapa bulan kulit wajah akan menjadi lebih kencang dan keriput pun berkurang.
Namun krim asam vitamin A punya efek sampingan, membuat kulit jadi agak merah dan pedih pada beberapa hari pertama digunakan. Selain itu, krim ini pun belum tentu cocok untuk setiap orang.
"Jadi, semua tindakan pengobatan itu dilakukan agar kulit remaja lagi, sehingga lapisan yang di bawahnya tumbuh lebih cepat. Semua cara tersebut cukup aman asalkan dilakukan dengan sangat hati-hati," ujar Edwin sambil mengingatkan perlunya berkonsultasi dengan dokter kulit.
Makalah ini bertujuan untuk memberi beberapa masukan tentang masalah kesehatan, terutama kesehatan kulit yang berkaitan dengan masalah kulit, cara pengobatan/perawatan. cara menanggulangi, cara mencegah, serta pemeliharaan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Kulit
Masalah kulit dan pemeliharaannya / healthy skin care
Iklim tropis termasuk di Indonesia dengan angin kencang dan sinar matahari terik yang memancarkan sinar ultra violet dapat mempengaruhi kesehatan kulit sampai merusak kulit seseorang. Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor untuk timbulnya:
Hiperpigmentasi
Spot atau bintik hitam terutama di wajah, tangan dan kaki. Selain bercak hitam, bisa pula timbul bercak putih dengan ukuran 2- 5 mm, di daerah - daerah yang terpajan sinar matahari yaitu: tangan, lengan bawah dan tungkai bawah.
Hiperplasia kelenjar sebasea
Adalah kelenjar minyak kulit, yang ukurannya bertambah besar, berbentuk bulat, diameter 1- 5 mm, menonjol, satu atau lebih, lunak bewarna kekuningan
disertai lekukan di tengah, sering terdapat di daerah yang terpajan sinar matahari.

Karsinoma sel skuamosa,
Sering dijumpai di daerah tungkai, wajah bagian atas, telinga, dan daerah mukokutan (batas antara kulit dan mukosa). Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur dan pajanan sinar matahari. Dapat berupa luka yang meluas dengan tepi keras dan dasar jaringan granulasi mudah berdarah. Dapat pula berupa tumor dengan permukaan berbenjol-benjol seperti kembang kol, bewarna merah atau pucat, berbau khas, rapuh, mudah berdarah.

Melanoma maligna
Merupakan tumor kulit yang paling berbahaya, berasal dari sel pigmen kulit. Lokasi dilaporkan terbanyak di tungkai bawah, kemudian badan, kepala / leher, tungkai atas dan kuku. Bentuk klinis yang paling sering dijumpai adalah berupa bercak dengan ukuran beberapa mm sampai beberapa cm, warnanya bervariasi (kehitaman, putih, biru) berbatas tegas dengan sedikit penonjolan di permukaan kulit.
2.2 Perawatan
Pengelupasan untuk perawatan menurut dr. Edwin, kimiawan Mark Potter yang pernah bertugas meramu obat-obatan untuk pasukan Operasi Badai Gurun yang harus menghadapi iklim kering di Timur Tengah, mengatakan perlunya dilakukan pengelupasan kulit untuk membongkar tumpukan kulit mati yang tidak bermanfaat. "Tapi harus hati-hati. Kalau tidak, kulit malah akan kehilangan kelembapan, bahkan makin rusak," katanya.
Menurut Potter pula, selain membuat kulit kembali bercahaya, "Pengelupasan memiliki fungsi yang lebih dari sekadar mempercantik diri, misalnya proses pergantian sel-sel kulit akan lebih cepat, juga meningkatkan aliran darah yang penting artinya dalam penyediaan makanan bagi permukaan kulit."
Cara paling sederhana yang dia anjurkan adalah dengan memakai sabun untuk menggosok kulit sehingga semua lemak dan tumpukan kulit mati hilang. Semua jenis sabun mandi bisa digunakan, namun sabun seperti JF Sulfur yang mengandung belerang lebih efektif mengelupas kulit ari mati, sekaligus mencegah pembentukan jerawat. Namun bagi yang alergi terhadap belerang, sabun bayi yang lembut akan lebih tepat, karena tidak membuat alergi kulit.
Namun, menurut David Biro, sabun kurang baik bagi yang berkulit kering, karena bisa menyebabkan iritasi. Karenanya perlu dicari sabun yang aman dan mengandung zat-zat aktif yang bermanfaat. Saat ini bisa dengan mudah didapatkan sabun yang mengandung zat aktif seperti vitamin E kompleks yang berguna untuk melawan tanda-tanda penuaan, minyak pelembap, atau zat lain, seperti pada sabun Priti atau Lux baru. Sabun jenis ini mampu bekerja ganda, selain benar-benar membersihkan, juga menjaga kelenturan dan kesehatan kulit.
Untuk kulit wajah yang bertekstur lebih halus, lembut, dan tipis, lebih tepat bila digunakan sabun khusus wajah atau facial soap seperti Kao Biore, Oil of Ulan, atau produk lainnya.
Untuk pengelupasan dalam perawatan sehari-hari, Potter lebih menganjurkan untuk menggunakan pembersih bukan sabun. Ada dua cara yang baik dalam melakukannya. Pertama, menggunakan masker kimia yang dengan kandungan enzimnya mampu mengikat sel-sel kulit mati, menghancurkan jaringan, sekaligus mengangkatnya. "Cara kedua sedikit kurang praktis, namun cukup berarti dalam tindakan pengelupasan, yaitu menggosok kulit dengan lembut secara mekanis."
Meski tak sebanyak sabun, produk pembersih pengelupas kulit ari ini cukup mudah diperoleh di pasaran. Mulai dari mangir tradisional, mangir kocok yang praktis keluaran Mustika Ratu, sampai body scrub dari Kao bisa digunakan untuk tujuan ini. AHA, zat antipenuaan
Produk yang sedang in sekarang ini yang disebut AHA (alpha hidrocxy acid) atau kelompok fruit acid. AHA dinilai mampu mengatasi kelemahan scrub yang hanya melepas lapisan paling luar, namun tidak bisa memperbaiki hubungan antarsel di dalam. AHA, sering disebut sebagai zat ajaib antipenuaan dan mampu mengelupas kulit mati tanpa digosok, akan mengurangi keriput dan membuat kulit lebih segar. Sebab zat itu juga melembapkan lapisan kulit di bawahnya dan merangsang terbentuknya sel-sel baru.
"Tapi AHA tidak cocok untuk semua usia. Mereka yang berusia 30 - 40 tahun masih bisa menggunakannya. Tapi yang berusia di atas 40 akan lebih baik kalau menggunakan retinoic acid atau asam retinoat," tutur Edwin Juanda.
Sebab, katanya, bila AHA hanya bisa masuk sampai ke lapisan antarsel, maka asam retinoat yang mengandung vitamin A yang sangat diperlukan sel kulit mampu menembus ke dalam sel. "Kulit yang sudah jelek dan kusam pun akan berubah menjadi lebih lembap, tebal, merah, dan segar lagi."
Tak aneh bila kini banyak produk pelembap kulit yang mendapat muatan AHA seperti Plenitude Excell-A3 ataupun Vaseline Intensive Care Lotion. Bila pelembap dengan AHA mampu meresap lebih dalam, maka pelembap tanpa AHA hanya akan melembapkan bagian kulit ari.
Usaha mempertahankan kelembapan kulit memang perlu dilakukan dengan teliti. "Sungguh sulit untuk bisa memasukkan cairan ke dalam lapisan kulit yang berstruktur sangat rumit. Bayangkan, cairan dalam tubuh kita hanya bisa keluar melalui saluran keringat," papar Edwin.
Itu sebabnya, krim malam dilihatnya sebagai usaha untuk mempertahankan kelembapan dan cara terbaik untuk memulihkan kondisi kulit. Pada waktu tidur, sistem metabolisme betul-betul akan beristirahat untuk memperbaiki sel-selnya. "Sehingga krim malam akan masuk dengan mudah dan bekerja dengan maksimal dalam waktu yang cukup lama. Lain halnya kalau dipakai siang hari, belum lagi pengaruh tamparan sinar matahari yang membuat kulit yang diolesi AHA atau asam retinoat jadi iritasi," ujar Edwin sambil menjelaskan bahwa dokter biasanya akan memberikan obat yang kuat untuk pengobatan di malam hari. Namun bagi yang tidak sedang menjalani pengobatan, Edwin membenarkan pendapat untuk membiarkan kulit polos tanpa krim malam agar dapat bernapas. "Krim malam bisa saja hanya berupa pelembap yang bisa digunakan kapan saja kalau seseorang merasa kulitnya terlalu kering. Ini pun tidak bisa dipukul rata sama untuk semua orang. Bagi yang kulitnya berminyak, tidak dianjurkan mengenakan krim malam, nanti bisa jerawatan."
Bagaimanapun pelembap tetap diperlukan meskipun kulit sudah dalam keadaan sehat dan segar. Menurut Mark Potter, selain akan mengisi kulit dengan bahan gizi, terutama minyak dan vitamin, pelembap juga akan mendorong kulit melakukan regenerasi. Pelembap dengan emoliennya akan mampu mengatasi berbagai macam kondisi cuaca yang merusak kulit. "Tanpa jaring emolien, pelembap tidak ada artinya. Istilahnya, kalau sudah menyimpan uang dalam lemari, jangan lupa untuk menguncinya."
2.3 Pencegahan

Selain pelembap, produk perawatan lain yang diperlukan untuk mencegah penuaan dini adalah tabir surya atau sunscreen. Meski sebenarnya tubuh telah dilengkapi dengan sistem pertahanan seperti lapisan tanduk, melanin, dan antioksidan, tapi pada tingkat radiasi tinggi, mekanisme proteksi ini dapat dilampaui, sehingga perlu ditambahkan pelindung dari luar. Selain pakaian, sistem pertahanan buatan dari luar yang paling efektif ialah tabir surya.
Karena berada di daerah tropis dengan intensitas sinar matahari yang tinggi, krim tabir surya dapat digunakan setiap hari. Krim yang baik mengandung SPF (sun protective factor) tinggi, mudah diperoleh, dan tidak menyebabkan alergi. Akhir-akhir ini banyak dipasarkan produk yang mengandung zat antiultraviolet seperti produk keluaran L'Oreal, pelembut raga Tanjung dari Sari Ayu, atau Nivea Visage.
Bila body lotion disebutkan mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan meneruskan sinar matahari seperlima belas saja. Sebaliknya krim dengan SPF 60 hanya akan meneruskan seperenam puluh sinar matahari ke kulit kita. Jadi, makin besar nilai SPF, makin efektif fungsinya sebagai tabir matahari.
"Artinya, orang yang menggunakan SPF 30 kalau berjemur selama 60 menit, sama artinya dengan berjemur tanpa suncreen selama 2 menit. Jika mengoleskan SPF 15, sama dengan berjemur selama 4 menit," jelas Edwin. Karena itu ia menganjurkan, mereka yang hanya kadang-kadang berada di bawah terik matahari bisa menggunakan yang ber-SPF 15 - 30. Sedangkan yang lebih sering dipanggang terik surya lebih baik bila menggunakan yang ber-SPF 60 atau lebih.
Krim tabir surya dapat dioleskan di seluruh bagian tubuh yang terbuka, terutama wajah, tetapi jangan sampai terkena bagian mata. Krim ini pun dapat digunakan setiap pagi sebagai alas bedak.
Memilih produk perawatan kulit memang perlu hati-hati, jangan sampai hasilnya justru lebih buruk daripada keadaan sebelumnya.
Tak jarang seseorang alergi terhadap produk tertentu. Tak ada salahnya, bila sebelum menggunakannya, produk baru tersebut dicoba sedikit di bagian punggung kulit. Bila muncul reaksi alergi, segera hentikan dan usahakan tidak menggunakan kosmetik dari bahan atau merek yang sama, karena reaksi yang timbul biasanya justru lebih hebat. "Tapi yang utama, hindari kosmetik yang mengandung air raksa atau merkuri yang secara kumulatif akan berpengaruh terhadap ginjal," tutur Edwin tanpa bermaksud menakut-nakuti.
Waspadai pula produk yang harum, karena parfum pada kosmetik sering jadi penyebab utama iritasi. Menilik susunan kimianya, satu aroma bisa terbuat dari 300 macam bahan. "Jika harus memilih antara produk yang dibuat dari 10 ataukah 200 jenis bahan kimia, maka pilihlah yang sedikit kandungan kimianya," ujar Mark Potter.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah zat pengawet - penyebab kedua iritasi kulit. Perhatikan jenis produk mana yang pernah Anda beli yang mudah berjamur atau rusak dalam beberapa bulan, karena itu indikasi kadar pengawetnya rendah.
Penanganan penuaan dini tidak memberikan hasil maksimal bila hanya faktor eksternal yang diatasi. Karenanya Edwin sering menganjurkan pasiennya untuk menjaga kesehatan dengan banyak mengkonsumsi makanan bergizi. Dengan gizi yang cukup, vitamin yang diperoleh tubuh akan cukup, sehingga proses penuaan diperlambat.
"Buah-buahan dan sayur-sayuran adalah jenis makanan sehari-hari yang baik bagi kulit karena mengandung zat antioksidan. Hindari makan daging yang berlebihan karena akan mengakibatkan oksidasi terlalu banyak, sisa pembakarannya pun banyak."
Bila makanan yang dikonsumsi dirasakan masih kurang mengandung zat antioksidan (misal vitamin A, C, E, dan melatonin), bisa saja minum suplemen antioksidan. "Obat bebas pun tidak apa-apa, asal takarannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan," ujar Edwin sambil mengingatkan rahasia lain untuk menjaga kesegaran kulit dengan minum air putih sedikitnya 2 l per hari.
2.4 Hal-hal umum yang perlu diperhatikan untuk pencegahan
2.4.1 Vaksinasi untuk para wisatawan asing maupun lokal
Telah direkomendasikan berbagai jenis vaksinasi seperti: Polio, Tetanus,Typhoid, Hepatitis A,Hepatitis B,Yellow Fever, Dipteria, Malaria, Para wisatawan perlu berkonsultasi dengan pihak yang berkompeten untuk menentukan jenis vaksinasi yang harus dilaksanakan sebelum berangkat. Wisatawan yang berencana tinggal lebih dari 3 bulan di seluruh negara berkembang yang menurut WHO prevalensi TBnya melebihi 100 kasus per 100.000 penduduk/ populasi memerlukan catatan hasil PPD test.
2.4.2 Food- and water-borne diseases
Beberapa penyakit meliputi hepatitis A, typhoid fever, diare yang penularannya melalui kontaminasi air, serta makanan terkontaminasi, perlu diwaspadai.

2.4.3 Polusi di area urban
Polusi bisa mencetuskan masalah respirasi/ pernapasan meliputi: asma pada anak dan dewasa.
2. 4 Pengobatan
Permasalahan kulit akibat sinar matahari dapat diatasi dengan pengobatan.
- Anti oksidan
Berfungsi membatasi kerusakan akibat radikal bebas dengan cara mencari, mengambil, menghambat serta melindungi dari oksigen reaktif yang diproduksi oleh radikal-radikal bebas, sehingga dapat mengurangi peradangan akibat sinar UV, yaitu:
- Vitamin E, perlindungan terhadap fototoksisitas UV-A dan UV-B, serta radikal bebas sebanyak 60%
- karoten, bekerja sebagai pro vitamin A, yang mengurangi efek eritema UV-B .
- Vitamin C, bekerja sebagai prooksidan dan anti oksidan. Absorpsi sinar UV-A dan UV- B dikurangi 40- 60%.
- Fenol sintetik, meningkatkan proteksi sehingga me-ngurangi kerusakan sel.
- Asam retinoat, mampu memperbaiki kerusakan kulit akibat sinar matahari; menghilangkan kerut / keriput dan hiperpigmentasi

- Chemical peeling, hasilnya berupa pengelupasan kulit, untuk peremajaan kulit, akan menghilangkan garis-garis/ keriput.
- Pengobatan spesifik, seperti pengobatan dengan sinar laser, peeling kimiawi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penuaan dini (premature aging) :
1. Faktor yang berhubungan dengan UV, radiasi sinar X, polusi udara yang berasal dari mobil, dari pabrik, freon, asap rokok, bahan kimia eksogen dan endogen, serta makanan tinggi karbohidrat dan kalori.
2. Faktor penyebab terjadinya kekeringan misalnya : cara perawatan kulit yang salah, kosmetik yang tidak sesuai. Kelembapan udara yang rendah, ruang ber AC, kipas angin, suhu dingin dan panas akan mempercepat penguapan air dari kulit, sehingga menyebabkan kulit menjadi kering.
3. Pengaruh sinar matahari yang menahun/kronik dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat efek fotobiologik sinar UV yang menghasilkan radikal bebas; akan menimbulkan kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin, kerusakan pembuluh darah kulit dan menimbulkan kelainan pigmentasi kulit.
4. Faktor-faktor lain, yaitu gizi buruk, penyakit menahun, minuman keras, kopi berlebihan, stres, dll. UV-A (Ultra Violet A), dapat menyebabkan melanoma, dan
5. menyebabkan penuaan dini (premature aging). Hampir 1.500 orang dengan melanoma maligna, meninggal di UK setiap tahunnya.
2.5 Pencegahan
- Tidak terlalu lama terpajan sinar matahari yang kuat
- Memakai baju yang dapat melindungi dari sinar matahari
- Memakai payung atau topi
- Memakai cream pelindung yang sesuai
- Makan vitamin yang dapat bekerja sebagai antioksidan dan dapat menangkap radikal bebas (Vitamin E, C, B,
- karoten dan glutation).
- Diet tinggi protein, rendah karbohidrat dan lemak jenuh, banyak makan buah segar.
- Melindungi kulit dari luka, melindungi mata dari air patogen/tersangaka tercemar kuman saat berenang, mandi dengan sabun anti kuman, mencuci mata setelah selesai berenang.
- Tidur atau istirahat yang cukup
- Air yang cukup, untuk minum, mandi, dll
- Melakukan exercise, yang dapat menstimulus sirkulasi.
- Mengurangi/mencegah stres fisik dan psikologis.
- Mencegah paparan zat toksik seperti merokok, kopi, alkohol dan beberapa tipe pengobatan yang dapat memberi efek antara lain pengeringan kulit, dehidrasi kulit, dll.

Uncontrollable factors / faktor yang tak bisa dikontrol,
meliputi:
- Natural ageing / penuaan alamiah karena bertambahnya usia, bisa ditunda dengan perawatan yang tepat.
- Sinar matahari - paparan sinar matahari dalam waktu lama merusak kulit. Kelembaban udara.
- Temperatur ekstrim mengurangi kelembaban kulit
- Angin membawa debu dan kotoran yang dapat masuk ke pori-pori kulit .
- Polusi, udara kotor dapat juga memasuki pori-pori kulit, berpotensi menyebabkan iritasi kulit.
Controllable Factors / faktor yang dapat dikontrol meliputi:
- Tidur, tidur yang cukup memadai, tenang, merupakan kontribusi untuk proses regenerasi seluruh jaringan tubuh, termasuk kulit
- Air, memperbaiki sirkulasi dan mengegah dehidrasi.
- Nutrisi, buah-buahan segar, sayuran, dilengkapi dengan vitamin dan mineral, penting untuk perawatan kulit sehat.
- Exercise, menstimulus sirkulasi dan menguatkan otot tubuh.
- Stress, fisik dan psikologik yang lama mengganggu sistim kimia tubuh, sirkulasi hormon dan aliran darah, juga berpengaruh pada kulit.
- Zat toksik, merokok, minum kopi, alkohol, dan beberapa zat terentu, dapat merusak kulit. Memecahkan kapiler dan membuat kulit kering.



BAB III
PENUTUP
Simpulan dan saran
1. Simpulan
Telah diuraikan di atas beberapa permasalahan penyakit dan kelainan kulit yang dapat disebabkan oleh pengaruh eksternal dan internal seperti berikut ini.
1) Faktor eksternal adalah pengaruh dari sinar UV matahari, radikal bebas asap polusi, temperatur ekstrim, angib, debu , dan pengaruh lingkungan (air, kelembapan,dll) dan cara-cara pencegahannya.
2) Faktor internal adalah stres fisik, hormonal. Kurang tidur, infeksi saat berjemur di bawah sinar mata hari.
Saran
- Tidak terlalu lama terpajan sinar matahari yang kuat
- Memakai baju yang dapat melindungi dari sinar matahari
- Memakai payung atau topi
- Memakai cream pelindung yang sesuai
- Makan vitamin yang dapat bekerja sebagai antioksidan dan dapat menangkap radikal bebas (Vitamin E, C, B,
- karoten dan glutation).
- Diet tinggi protein, rendah karbohidrat dan lemak jenuh, banyak makan buah segar.
- Melindungi kulit dari luka, melindungi mata dari air patogen/tersangaka tercemar kuman saat berenang, mandi dengan sabun anti kuman, mencuci mata setelah selesai berenang.
- Tidur atau istirahat yang cukup
- Air yang cukup, untuk minum, mandi, dll
- Melakukan exercise, yang dapat menstimulus sirkulasi.
- Mengurangi/mencegah stres fisik dan psikologis.
- Mencegah paparan zat toksik seperti merokok, kopi, alkohol dan beberapa tipe pengobatan yang dapat memberi efek antara lain pengeringan kulit, dehidrasi kulit, dll.

KEPUSTAKAAN
http://www.bogor.net
http://www. skincareabout.com/
Newscientiest.com
Http://embojornal.npgjournals.com
University of Virginia Health System
Hospital for Tropical Diseases online shop: health products and
travel
Lim. PT. Wound Infections in Tsunami Survivor: A Commentary
Health tips for travel in Indonesia. http://www.masta.org/sitemap/
index.html

CW.com./ HEALTH. Sunscreen doubts raised

Derm Beruf Umwelt. Diseases caused by atypical mycobacterial
Kurniati SC. Kulit di daerah tropis. Permasalahan dan penatalaksanaannya. Dexa Media 1998;.3.

Sukarata K. Kelainan Kulit, Menua Dini dan Penatalaksanaannya,
Maj. Kesehatan 2003;.5(13).

Misnadiarly. Pedoman perawatan kesehatan kulit dalam rangka
penundaan proses penuaan dini. Dexa Media. 2000; 3.




Lampiran:
1. Kulit sehat cerminan tubuh anda
Selain unsur dari dalam seperti stres, hormonal, dan radikal bebas, sinar ultraviolet, asap polusi, atau debu itu contoh unsur luar yang mempengaruhi kesehatan kulit, termasuk timbulnya penuaan dini. Namun, banyak orang belum merawat kulit secara maksimal, kecuali kalau sudah mengalami luka atau rusak. Padahal merawat selubung tubuh itu tidak rumit, meski ada kiat-kiatnya agar tak cepat menua. Kulit sehat sebenarnya cerminan kondisi tubuh yang sehat. Sebaliknya, kulit kusam kurang bercahaya bisa menjadi indikasi tubuh tidak dalam keadaan fit.Bisa demikian karena kulit mengusung banyak fungsi penting lain di luar sebagai indera perasa dan selubung tubuh dari ancaman kondisi alam sekitar. Ia membantu mengatur suhu tubuh, juga melindungi dari virus dan bakteri, dan tak kalah penting menjalankan fungsi sekresi serta pengeluaran cairan.

Pada fungsi sekresi, kulit mengeluarkan semacam minyak yang dinamai sebum guna mempertahankan kelembapan dan kehalusan kulit. Sedangkan pengeluaran cairan berupa keringat yang terutama terdiri atas air untuk mengatur suhu tubuh agar tetap dalam batas normal. Kompleksitasnya seringkali kurang kita disadari. Tahukah Anda 1 cm2 kulit rata-rata berisi 1 m pembuluh darah, 100 kelenjar keringat, 3.000 sel sensor di ujung serabut saraf, 4 m saraf, 25 instrumen perasa, 200 ujung saraf perasa sakit, 2 instrumen perasa dingin, 12 perasa panas, 10 rambut, dan 15 kelenjar minyak?Karena itu merawat kulit menjadi penting, dan kalau perlu sekali-kali memanjakannya dengan perawatan khusus.Ultraviolet biang perusak.
Sebagai selubung tubuh, kulit merupakan tameng utama menghadapi ancaman kondisi luar tubuh; sinar ultraviolet matahari salah satunya. Sinar ultraviolet (UV) ini memang sering dituding jadi faktor utama penuaan dini alias premature aging. Sinar ini, terutama UV B yang daya penetrasinya kuat, diletakkan dalam urutan nomor satu dalam daftar penyebab. Tak heran kulit yang menua secara dini banyak dijumpai pada bagian tubuh yang terbuka, seperti wajah, lengan, dan kaki.

Wujud penuaan dini bisa berupa warna kulit yang lebih hitam, berkeriput, kusam, bahkan adanya bercak-bercak coklat kehitaman yang disebut melasma; kadang dinamakan chloasma. Bila tidak segera ditangani, bercak-bercak hitam yang umumnya terjadi pada wanita itu bisa makin meluas. "Terik matahari yang mengandung ultraviolet itu memang buruk bagi kulit. Bertahun-tahun sebelum akibat paparan sinar itu terlihat dengan mata telanjang, kulit sebenarnya sudah rusak. Bila dibiopsi untuk melihat kerusakannya, semua orang pasti akan segera melakukan berbagai cara menghindari sengatan matahari," papar David Biro, ahli kulit dari New York.David Biro betul sebab saat penuaan dini terjadi, kulit akan mengalami perubahan sehingga orang yang berumur 30-an nampak 20 tahun lebih tua. Bahkan rangsangan sinar ultraviolet yang terus- menerus bisa membuat kulit rusak atau malah terkena kanker kulit.Kerusakan kulit yang sering dialami mereka yang berusia di atas 30 tahun - meski bisa pula terjadi pada yang lebih muda - juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal lain seperti tingkat polusi alam sekitar, yang bisa berupa berbagai asap dengan kandungan karbon, tumpukan debu dan kotoran lain di kulit.Selain dari luar, kondisi internal tubuh turut berpengaruh terhadap kesehatan kulit, seperti faktor hormonal, faktor keturunan, stres, dan radikal bebas."Setiap kali bernapas dengan menghirup oksigen pasti terjadi oksidasi yang menghasilkan sisa-sisa oksidasi yang disebut oksidan. Oksidan inilah yang membentuk radikal bebas yang, karena tidak lagi punya tempat untuk menempel di tubuh, lalu berkeliaran ke mana-mana, menabrak sel-sel
lain. Akibatnya, sel-sel yang ditabrak cepat rusak," tutur Edwin Juanda, dermatolog yang banyak didatangi pasien untuk mempercantik diri.Radikal bebas yang bersifat reaktif tersebut dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat.

Ganti kulit tiap 28 hariSecara garis besar, lapisan kulit paling luar adalah kulit ari (stratum corneum) yang tipis seperti kulit bawang. Di bawahnya adalah berbagai organ yang sudah disebut tadi. Lebih dalam lagi ialah jaringan lemak yang tebal. Lapisan berikutnya yaitu otot (daging) dan tulang, yang bukan lagi bagian dari kulit.

Sesuai proses alam, sebetulnya setiap 28 hari sekali sel-sel kulit akan beregenerasi atau meremajakan diri. Sel kulit yang semula berbentuk bulat akan naik ke permukaan kulit dan berubah bentuk menjadi gepeng, sebelum akhirnya mati dan menjadi bagian dari lapisan kulit ari.Pada kondisi kulit yang menua, yang terjadi sebaliknya. "Lapisan kulit luar yang mengandung sel-sel kulit hidup, juga lapisan tempat berbagai pembuluh dan kelenjar, menipis. Sedangkan lapisan kulit ari justru menebal, karena sel-sel kulit pada mati atau dakinya terus bertumpuk," ujar Edwin Juanda. Edwin juga meluruskan pandangan bahwa pengelupasan lapisan kulit mati tidak terjadi secara otomatis, dan kalaupun mengelupas akan berlangsung dalam waktu lama. Itu pula sebabnya, pengelupasan kulit perlu dilakukan secara khusus, karena perawatan membersihkan kulit sehari-hari saja tidak akan mampu mengangkat kulit mati.Namun, menurut Edwin, bukan berarti tidak ada harapan bagi penderita penuaan dini mendapatkan kembali kulit sehat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya, bercak yang sangat kecil (freckles) dapat dihilangkan dengan mengupasnya pakai alat yang sangat halus. "Untuk bercak yang lebar lebih tepat digunakan krim pemutih yang dioleskan di malam hari," ujarnya. Ia mengingatkan, penggunaan krim pemutih harus dilakukan secara hati-hati dan di bawah pengawasan dokter kulit. Penggunaan yang berlebihan, apalagi dalam jangka waktu lama, justru membuat kulit bertambah hitam.

Namun bila cara tersebut belum mampu mengatasi masalah, "Mau tak mau digunakan laser penghancur pigmen seperti laser Ruby. Tetapi ini hanya untuk kasus-kasus yang parah, karena hasilnya bervariasi untuk setiap individu. Dokter yang melakukannya pun akan melakukan tes lebih dahulu untuk mencari dosis yang sesuai," tutur dokter lulusan FKUI tersebut.Dibandingkan dengan bercak kehitaman, kerutan di wajah lebih sulit dihilangkan sama sekali. Meski beberapa cara dapat menguranginya dengan hasil yang nyata. Salah satunya dengan melakukan chemical peeling. Dalam hal ini kulit wajah diolesi cairan khusus yang membuat kulit ari mengelupas. Setelah sembuh - dengan makan waktu cukup lama - kerutan-kerutan menjadi hilang.Cara lain dengan tindakan operasi face lift; yang ini memang perlu biaya besar dan harus dilakukan oleh dokter ahli. Kemungkinan lain ialah menggunakan krim asam vitamin A yang diperkenalkan oleh Prof. Kligman dari AS. Dengan mengoleskan krim asam vitamin A seperti Retin-A atau Vitacid, atau Melavita pada wajah setiap malam, dalam beberapa bulan kulit wajah akan menjadi lebih kencang dan keriput pun berkurang.

Namun krim asam vitamin A punya efek sampingan, membuat kulit jadi agak merah dan pedih pada beberapa hari pertama digunakan. Selain itu, krim ini pun belum tentu cocok untuk setiap orang."Jadi, semua tindakan pengobatan itu dilakukan agar kulit remaja lagi, sehingga lapisan yang di bawahnya tumbuh lebih cepat. Semua cara tersebut cukup aman asalkan dilakukan dengan sangat hati-hati," ujar Edwin sambil mengingatkan perlunya berkonsultasi dengan dokter kulit.

Pengelupasan untuk perawatan Senada dengan dr. Edwin, kimiawan Mark Potter yang pernah bertugas meramu obat-obatan untuk pasukan Operasi Badai Gurun yang harus menghadapi iklim kering di Timur Tengah, mengatakan perlunya dilakukan pengelupasan kulit untuk membongkar tumpukan kulit mati yang tidak bermanfaat. "Tapi harus hati-hati. Kalau tidak, kulit malah akan kehilangan kelembapan, bahkan makin rusak," katanya.Menurut Potter pula, selain membuat kulit kembali bercahaya, "Pengelupasan memiliki fungsi yang lebih dari sekadar mempercantik diri, misalnya proses pergantian sel-sel kulit akan lebih cepat, juga meningkatkan aliran darah yang penting artinya dalam penyediaan makanan bagi permukaan kulit."Cara paling sederhana yang dia anjurkan adalah dengan memakai sabun untuk menggosok kulit sehingga semua lemak dan tumpukan kulit mati hilang. Semua jenis sabun mandi bisa digunakan, namun sabun seperti JF Sulfur yang mengandung belerang lebih efektif mengelupas kulit ari mati, sekaligus mencegah pembentukan jerawat. Namun bagi yang alergi terhadap belerang, sabun bayi yang lembut akan lebih tepat, karena tidak membuat alergi kulit.

Namun, menurut David Biro, sabun kurang baik bagi yang berkulit kering, karena bisa menyebabkan iritasi. Karenanya perlu dicari sabun yang aman dan mengandung zat-zat aktif yang bermanfaat. Saat ini bisa dengan mudah didapatkan sabun yang mengandung zat aktif seperti vitamin E kompleks yang berguna untuk melawan tanda-tanda penuaan, minyak pelembap, atau zat lain, seperti pada sabun Priti atau Lux baru. Sabun jenis ini mampu bekerja ganda, selain benar-benar membersihkan, juga menjaga kelenturan dan kesehatan kulit.

Untuk kulit wajah yang bertekstur lebih halus, lembut, dan tipis, lebih tepat bila digunakan sabun khusus wajah atau facial soap seperti Kao Biore, Oil of Ulan, atau produk lainnya. Namun untuk pengelupasan dalam perawatan sehari-hari, Potter lebih menganjurkan untuk menggunakan pembersih bukan sabun. Ada dua cara yang baik dalam melakukannya. Pertama, menggunakan masker kimia yang dengan kandungan enzimnya mampu mengikat sel-sel kulit mati, menghancurkan jaringan, sekaligus mengangkatnya. "Cara kedua sedikit kurang praktis, namun cukup berarti dalam tindakan pengelupasan, yaitu menggosok kulit dengan lembut secara mekanis."Meski tak sebanyak sabun, produk pembersih pengelupas kulit ari ini cukup mudah diperoleh di pasaran. Mulai dari mangir tradisional, mangir kocok yang praktis keluaran Mustika Ratu, sampai body scrub dari Kao bisa digunakan untuk tujuan ini. AHA, zat antipenuaan Lain halnya dengan produk yang sedang in sekarang ini yang disebut AHA (alpha hidrocxy acid) atau kelompok fruit acid. AHA dinilai mampu mengatasi kelemahan scrub yang hanya melepas lapisan paling luar, namun tidak bisa memperbaiki hubungan antarsel di dalam. AHA, sering disebut sebagai zat ajaib antipenuaan dan mampu mengelupas kulit mati tanpa digosok, akan mengurangi keriput dan membuat kulit lebih segar. Sebab zat itu juga melembapkan lapisan kulit di bawahnya dan merangsang terbentuknya sel-sel baru.

"Tapi AHA tidak cocok untuk semua usia. Mereka yang berusia 30 - 40 tahun masih bisa menggunakannya. Tapi yang berusia di atas 40 akan lebih baik kalau menggunakan retinoic acid atau asam retinoat," tutur Edwin Juanda. Sebab, katanya, bila AHA hanya bisa masuk sampai ke lapisan antarsel, maka asam retinoat yang mengandung vitamin A yang sangat diperlukan sel kulit mampu menembus ke dalam sel. "Kulit yang sudah jelek dan kusam pun akan berubah menjadi lebih lembap, tebal, merah, dan segar lagi."Tak aneh bila kini banyak produk pelembap kulit yang mendapat muatan AHA seperti Plenitude Excell-A3 ataupun Vaseline Intensive Care Lotion. Bila pelembap dengan AHA mampu meresap lebih dalam, maka pelembap tanpa AHA hanya akan melembapkan bagian kulit ari. Usaha mempertahankan kelembapan kulit memang perlu dilakukan dengan teliti. "Sungguh sulit untuk bisa memasukkan cairan ke dalam lapisan kulit yang berstruktur sangat rumit. Bayangkan, cairan dalam tubuh kita hanya bisa keluar melalui saluran keringat," papar Edwin. Itu sebabnya, krim malam dilihatnya sebagai usaha untuk mempertahankan kelembapan dan cara terbaik untuk memulihkan kondisi kulit. Pada waktu tidur, sistem metabolisme betul-betul akan beristirahat untuk memperbaiki sel-selnya. "Sehingga krim malam akan masuk dengan mudah dan bekerja dengan maksimal dalam waktu yang cukup lama. Lain halnya kalau dipakai siang hari, belum lagi pengaruh tamparan sinar matahari yang membuat kulit yang diolesi AHA atau asam retinoat jadi iritasi," ujar Edwin sambil menjelaskan bahwa dokter biasanya akan memberikan obat yang kuat untuk pengobatan di malam hari. Namun bagi yang tidak sedang menjalani pengobatan, Edwin membenarkan pendapat untuk membiarkan kulit polos tanpa krim malam agar dapat bernapas. "Krim malam bisa saja hanya berupa pelembap yang bisa digunakan kapan saja kalau seseorang merasa kulitnya terlalu kering. Ini pun tidak bisa dipukul rata sama untuk semua orang. Bagi yang kulitnya berminyak, tidak dianjurkan mengenakan krim malam, nanti bisa jerawatan." Bagaimanapun pelembap tetap diperlukan meskipun kulit sudah dalam keadaan sehat dan segar. Menurut Mark Potter, selain akan mengisi kulit dengan bahan gizi, terutama minyak dan vitamin, pelembap juga akan mendorong kulit melakukan regenerasi. Pelembap dengan emoliennya akan mampu mengatasi berbagai macam kondisi cuaca yang merusak kulit. "Tanpa jaring emolien, pelembap tidak ada artinya. Istilahnya, kalau sudah menyimpan uang dalam lemari, jangan lupa untuk menguncinya."

Tabir surya perisai kulit Selain pelembap, produk perawatan lain yang diperlukan untuk mencegah penuaan dini adalah tabir surya atau sunscreen. Meski sebenarnya tubuh telah dilengkapi dengan sistem pertahanan seperti lapisan tanduk, melanin, dan antioksidan, tapi pada tingkat radiasi tinggi, mekanisme proteksi ini dapat dilampaui, sehingga perlu ditambahkan pelindung dari luar. Selain pakaian, sistem pertahanan buatan dari luar yang paling efektif ialah tabir surya.

Karena berada di daerah tropis dengan intensitas sinar matahari yang tinggi, krim tabir surya dapat digunakan setiap hari. Krim yang baik mengandung SPF (sun protective factor) tinggi, mudah diperoleh, dan tidak menyebabkan alergi. Akhir-akhir ini banyak dipasarkan produk yang mengandung zat antiultraviolet seperti produk keluaran L'Oreal, pelembut raga Tanjung dari Sari Ayu, atau Nivea Visage.

Bila body lotion disebutkan mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan meneruskan sinar matahari seperlima belas saja. Sebaliknya krim dengan SPF 60 hanya akan meneruskan seperenam puluh sinar matahari ke kulit kita. Jadi, makin besar nilai SPF, makin efektif fungsinya sebagai tabir matahari.

"Artinya, orang yang menggunakan SPF 30 kalau berjemur selama 60 menit, sama artinya dengan berjemur tanpa suncreen selama 2 menit. Jika mengoleskan SPF 15, sama dengan berjemur selama 4 menit," jelas Edwin. Karena itu ia menganjurkan, mereka yang hanya kadang-kadang berada di bawah terik matahari bisa menggunakan yang ber-SPF 15 - 30. Sedangkan yang lebih sering dipanggang terik surya lebih baik bila menggunakan yang ber-SPF 60 atau lebih.

Krim tabir surya dapat dioleskan di seluruh bagian tubuh yang terbuka, terutama wajah, tetapi jangan sampai terkena bagian mata. Krim ini pun dapat digunakan setiap pagi sebagai alas bedak. Memilih produk perawatan kulit memang perlu hati-hati, jangan sampai hasilnya justru lebih buruk daripada keadaan sebelumnya.

Tak jarang seseorang alergi terhadap produk tertentu. Tak ada salahnya, bila sebelum menggunakannya, produk baru tersebut dicoba sedikit di bagian punggung kulit. Bila muncul reaksi alergi, segera hentikan dan usahakan tidak menggunakan kosmetik dari bahan atau merek yang sama, karena reaksi yang timbul biasanya justru lebih hebat. "Tapi yang utama, hindari kosmetik yang mengandung air raksa atau merkuri yang secara kumulatif akan berpengaruh terhadap ginjal," tutur Edwin tanpa bermaksud menakut-nakuti. Waspadai pula produk yang harum, karena parfum pada kosmetik sering jadi penyebab utama iritasi. Menilik susunan kimianya, satu aroma bisa terbuat dari 300 macam bahan. "Jika harus memilih antara produk yang dibuat dari 10 ataukah 200 jenis bahan kimia, maka pilihlah yang sedikit kandungan kimianya," ujar Mark Potter.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah zat pengawet - penyebab kedua iritasi kulit. Perhatikan jenis produk mana yang pernah Anda beli yang mudah berjamur atau rusak dalam beberapa bulan, karena itu indikasi kadar pengawetnya rendah.

Penanganan penuaan dini tidak memberikan hasil maksimal bila hanya faktor eksternal yang diatasi. Karenanya Edwin sering menganjurkan pasiennya untuk menjaga kesehatan dengan banyak mengkonsumsi makanan bergizi. Dengan gizi yang cukup, vitamin yang diperoleh tubuh akan cukup, sehingga proses penuaan diperlambat.

"Buah-buahan dan sayur-sayuran adalah jenis makanan sehari-hari yang baik bagi kulit karena mengandung zat antioksidan. Hindari makan daging yang berlebihan karena akan mengakibatkan oksidasi terlalu banyak, sisa pembakarannya pun banyak."

Bila makanan yang dikonsumsi dirasakan masih kurang mengandung zat antioksidan (misal vitamin A, C, E, dan melatonin), bisa saja minum suplemen antioksidan. "Obat bebas pun tidak apa-apa, asal takarannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan," ujar Edwin sambil mengingatkan rahasia lain untuk menjaga kesegaran kulit dengan minum air putih sedikitnya 2 l per hari. (Sht)

from :indomedia
2. Beauty Skin Care and Skin Problems
We begin life with the soft, smooth, beauty silky skin of a baby but how many of us can vouch for a finely textured skin by the time we reach 30? Most of us take the skin the largest organ in the body, covering it from head to toe very much for granted. But the skin like any other bodily organ can be abused, overworked and fatigued. It deteriorates as we grow older. Whether a person is fortunate enough to possess a fine unblemished skin or one that is just beginning to lose its suppleness and that perfect oil in water moisture balance found in the skin of the very young, it is really never too late to start an intensive skin routine. Like any other living organ the skin responds to care and attention.Antiaging skin care is more popular among people.
The most important tip of beauty skin care is, how you clean it and how you keep it in condition with exercise and the proper food and drink determines the front you present to the world. This, and other aspects of skin care, applies as much to men as it does to women. You cannot alter your basic skin type or coloring but a daily routine carried out when you wake up in the morning and before you go to bed at night will keep your skin healthy and clear.
The basic difference between the average person's looks and those of a much admired photographic model lies not so much in appearance but in the way the two care for their skin. A model's beauty skin programme is not necessarily time consuming, the most important thing about it is that it is never sporadic or neglected. You can cleanse, stimulate and nourish your skin in just a little longer than it takes to clean your teeth. Try it, time it and see for yourself. High quality cosmetic skin care products are available in the market.
Before you start remembers that cleansing helps to clear the skin. Most cleansing routines are either short lived, neglected or performed with the wrong equipment. Keep face cloths clean and soft or better still use a soft baby brush on your face. Always use good quality mild soaps on the skin. Start a program of washing your skin thoroughly with soap and water to rid it of the dirt and grime it collects from the atmosphere. For a woman this daily routine removes traces of old make up which clog the pores and keep them from "breathing." Use soft circular motions of the fingertips working soap or creams upwards rather than in a downward gravitational direction.
Can the numerous cosmetic and cleansing agents for skin care on the market help your skin? The answer is yes, but only if they are chosen knowledgeably and not willingly after the recommendation of a friend. To be effective they must be used regularly. Examine your skin in a mirror and decide which type of skin you have.
If you have oily skin with a shiny surface and a tendency to open pores then washing with soap and water should be followed by a light tonic cleanser and then astringent to close the pores. Light creams can be used to nourish and moisturize an oily skin.
Dry skin which is papery, taut and stretched to the touch with a tendency to flakiness should be washed with a cleansing cream or special lotion in place of soap and water. Freshener which is less harsh than an astringent is more suited to a dry skin, this can be followed by a good rich skin food.
If you have a combination of oily and dry skin treats each area separately with the routine applicable to each skin type. The oily panel usually runs down the centre of the face with the cheeks being dry or normal.
For effective skin care, mild soap is prefered. Mild soaps that are not perfumed should be used on sensitive skins, gentle skin tonics and water can be used for toning followed by a rich cream to nourish the skin. There are many special cleansing products especially prepared, for sensitive and allergy prone skins but use them on the advice of a trained beauty skin care adviser.
Ageing skin should be cleansed with cleansing cream rather than with soap and water followed by a tonic lotion and generously nourished with creams to restore the secretions lost as the body functions begin to slow down.
The human skin needs moisture to prevent the formation of excess lines and wrinkles. Moisturizing creams really can help the tissues draw natural moisture from the body and from the air. It is all the more important if you want to keep a youthful skin to stay out of harsh sunlight. No matter how glamorous the appeal of a deep tan may be it dries the skin's normal oils and can prematurely age the skin.
Extend the skin care you take on your face to the rest of the body. Soften bathing water with oils and bath salts according to your skin type. Try to keep bathrooms warm, for moisture encourages the pores to open. You can stimulate and tone skin by massaging your body from toes to chin with a soapy lather. Use a body brush to break down the more fleshy skin tissue of the body. A loofah and pumice stone help to soften hard skin often found on feet, knees and elbows.
Like the skin on other parts of the body the face needs exercise too. The best skin care of the face supple and prevent flabbiness and sagging is with daily facial skin care exercises which encourage mobility and lessen frown lines and wrinkles. Once lines and wrinkles appear, and they can start in your twenties, they cannot be undone or wished away. But by exercising and learning to relax the muscles you can do much to lessen their effect.
Treating the skin, is like any other treatment only second best to prevention. If you understand how your skin is made and how it does its various jobs, skin care becomes at once more logical and more readily undertaken. It will enable you all the better to make active use of your skin, in relating more positively to the world around you and in communicating with your fellow human beings.
For the skin is a paradox. It is both a barrier surrounding and protecting your body and a means of contact with your environment. One of its prime jobs is to regulate body temperature by reducing or increasing loss of body heat from its surface. Another is to prevent agents, such as germs and poisons from invading vulnerable bodily tissue, just as important is its task of preventing the loss of vital body fluids. Yet at the same time as it forms a near waterproof physical barrier, it is an active organ of excretion, helping to rid the body of wastes in the form of sweat.
Perhaps the most paradoxical fact of all, though, is that the outermost layer of this outer barrier of the body is, completely "dead." This only applies to the very outermost layer, however, which consists of flattened, horny flakes, dead cells filled with a material called keratin, which is also responsible for the hardness of nails and hair. The horny cells are constantly worn away, to be replaced from below. Dandruff consists of no more than abnormally large amounts of horny skin that have flaked off the outermost layer. The job of replacing the constantly worn horny layer is performed by the Malpighian layer.
When exposing skin to rough treatment take simple beauty precautions. Use rubber gloves and protective creams and moisturizers.
The Malpighian and layers together make up the epidermis, the outer part of the entire skin. Below it lies the dermis, the really active part of the skin containing sweat and sebaceous (oil) glands, blood vessels, sensitive nerve endings, and the follicles (tiny pits) in which hairs are rooted. Below the dermis is a layer of fat.
The spaces between these are filled with muscle fibers and connective tissue, which gives skin its strength and elasticity. The surface where the dermis and epidermis meet is corrugated. This corrugation is apparent on the outer surface of the skin where it can be seen as fingerprints and other skin patterns that remain unchanged and constant for life.
The skin varies in thickness from as much as a quarter of an inch on the soles of the feet to only a fiftieth of an inch on the eyelids. The variation is mainly due to differences in the horny layer's thickness, and this depends on the treatment the skin gets. Hard wear as on the soles of the feet and the palms of the hands, especially those of manual workers results in a deep horny layer of tough, hard, rough skin. Over the soft parts of the body, where there is less abrasion, much fewer horny cells are formed, and the skin is soft and pliant.
Skin softness is related to its fat and moisture content. Normally, the horny outer layer very effectively repels water, aided by the oil secretions of the sebaceous glands. Long immersion in water, particularly if it contains detergent, can however break down these barriers. Then water can seep in and make the skin swell. This simple principle is used to our advantage in the remedy of softening corns by soaking feet in hot water. But you should remember that the skin's waterproof qualities are very important in helping it resist infection, while its oily secretions, which are removed by detergent, are antiseptic. It is the removal of natural oils, not actual lack of moisture, that makes the skin "dry".
The main benefit of moisturizing creams is that they replace the natural oils that have been lost from the skin's surface. They may also contain a mild antiseptic, which will help to combat any infection that penetrates the barrier of skin, Start wearing rubber gloves when you wash dishes or a barrier cream to prevent your skin from becoming over saturated with water and losing its oils. Loose cotton gloves can be used for dusting and polishing. Manual workers, too, should take precautions, for the harsh hand cleansers that remove grease and grime also take away the hands' natural secretions. Whatever the adverts for washing up liquid say, no detergent ever actually improved your skin!
The sun, too, can damage the skin. Even though a tan may look attractive. Individuals acquire tans at a different rate. Until a deep protective tan has formed, strong sunlight can cause severe injury, and this is why one should, at first, sunbathe only for short periods. A good quality suntan oil or cream screens the most harmful rays, but it needs to be applied thickly to be effective. "Instant" tanning preparations merely stain the skin and do not tan it. Other creams should be used as well.
However healthy and well you feel with a golden suntan, the sun on your skin does you little actual physical good. However, sunlight, particularly ultraviolet rays, kills bacteria on the skin; this is the basis of ultra violet therapy used for cases of severe acne.
A hot sun causes perspiration even more rapidly than tanning. Your whole skin has about three million sweat glands, forming tiny coiled tubes in the dermis that lead up to the surface. The glands are closest together on the palms of the hands and the soles of the feet. A special kind called apocrine glands are found in the armpits and crotch, and also in the outer part of the ear.
Sweating is a continuous, normal process. In cool weather you hardly notice it because little sweat is produced. But in hot conditions, large amounts are poured onto the skin. When this evaporates, it cools the skin; thus sweating is a means of regulating body temperature. This can only be effective if the sweat is actually able to evaporate, it helps therefore, to wear loose light clothing for comfort in hot weather.
Apocrine sweat is fatty, and when bacteria that live on the skin get to work and decompose the fatty material, the result is body odor. There are various ways of dealing with this. Either washing very frequently, so that stale sweat cannot collect; or using deodorant, which both masks the smell with perfume and kills the bacteria with antiseptic. An antiperspirant, which stops the glands from excessive secretion may also be used. The only problem is that by masking and cleansing away the unattractive smell of body odor you may also be interfering with natural body functions and odor messages that attract male and female.
The sebaceous glands present a special problem.Special skin care techniques should be used to treat this problem. Most of these open into hair follicles, and since they produce a semisolid secretion called sebum rather than a liquid, they can easily become blocked. The result is a blackhead. If, as a result of the blockage, the hair follicle should become infected by germs that cannot escape, a pimple or boll may result. Acne is common in adolescence because the sex hormones, which are first produced by the body in large quantities at this time, boost the activity of sebaceous glands, and these almost inevitably become blocked. The best prevention is frequent washing with plenty of hot water and soap. For more details about this distressing problem see overleaf.
Hairs greatly increase the sensitivity of the skin to touch. The slightest movement triggers nerve fibers surrounding their roots to send messages to the brain. The whole sense of touch is extremely complex. It is made up of many separate but closely linked senses, including heat, cold, sharp pain, dull pain and pressure, as well as straight forward touch. It is so complex that biologists have still not sorted out how it all operates.
It is just one more aspect of the paradox of the skin that the sensation of touch that attract two people to each other should be so closely allied to the sense of pain that warns of an attack on the body's outer defensive barrier.

Best Skin Care

Of the antioxidant nutrients, Vitamin E is particularly beneficial in beauty skin care and anti aging skin care.Since Vitamin E is one of the main ingredient of most skin care products, some of the dermatologist prescricribs it. Pick up a 'natural' skin care preparation and you find that Vitamin E will often be included in the formulation. It is due to the moisturizing properties of Vitamin E. Applied directly to the skins in the form of creams, lotions and oils, it water loss and maintain this skin's elasticity. It penetrates easily to the deeper skin layer, protecting nerve tissue,collagen,glands and blood vessels used in preparation in concentrations of up to 20%,it is non-irritating and non-allergenic even to the most sensitive skins. Vitamin E is also found to be effective in healing the skin as well as keeping it looking good.